Sabtu 16 Dec 2017 08:26 WIB

Gampa Tektonik di Pengujung Tahun

Lokasi gempa di Sukabumi (ilustrasi)
Foto: BMKG
Lokasi gempa di Sukabumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebagian besar masyarakat, mungkin baru saja terlelap tidur ketika gempa mengguncang sebagian besar wilayah di Pulau Jawa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa bumi tektonik berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR) terjadi pada Jumat (15/12) pukul 23.47 WIB.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi dengan koordinat episenter pada 7,75 lintan selatan (LS) dan 108,11 bujur timur (BT). Pusat gempa tepatnya berlokasi di darat pada jarak enam kilometer arah tenggara Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, pada kedalaman 107 kilometer.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Moch Riyadi, pada Sabtu dini hari mengumumkan, berdasarkan peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan dirasakan di berbagai daerah. Mulai dari Jakarta, Bandung, Depok, Kebumen, hingga Yogyakarta.

Hingga hari Sabtu, pukul 01.05.39 WIB, hasil monitoring BMKG, telah menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak tiga kali dengan kekuatan terbesar 3,4 SR.

BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami tidak lama setelah terjadinya gempa. Peringatan dini tersebut, bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sejumlah wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.

Menurut hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG, gempa bumi tersebut berpotensi tsunami di selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Namun pada Sabtu sekitar pukul 02.30 WIB, atau beberapa jam setelah terjadinya gempa, peringatan dini tsunami tersebut dinyatakan telah berakhir.

Kemudian, BMKG menyampaikan bahwa kondisi sudah aman dari potensi tsunami. BMKG lantas mengumumkan bahwa masyarakat sudah dapat kembali beraktivitas normal seperti biasa. Namun demikian masyarakat diimbau agar tetap waspada dan menghindari bangunan yang berpotensi rubuh.

Sementara itu, Moch Riyadi menambahkan, gempa bumi selatan Jawa tersebut termasuk dalam klasifikasi gempa berkedalaman menengah, akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Pemuktahiran data

Sejak masyarakat di sejumlah wilayah terdampak merasakan guncangan gempa, Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara), juga ikut terus melakukan pemuktahiran data, dan menyebarluaskan informasi terkini kepada para pihak terkait.

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara), Setyoajie Prayoedhie menjelaskan, gempa berkekuatan 6,9 SR yang mengguncang Selatan Pulau Jawa tersebut, berpotensi tsunami, karena termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman menengah.

"Gempa bumi tersebut masuk dalam kategori gempa menengah, dan berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG memang berpotensi tsunami," kata Setyoajie Prayoedhie.

Dia menambahkan, bisa saja ada gempa berkekuatan diatas 6,9 SR namun tidak berpotensi tsunami. "Kenapa ada gempa dengan magnitude di atas 6.9 SR tidak potensi tsunami, sementara 6,9 SR bisa berpotensi? Bisa jadi karena gempa tersebut berlokasi di darat dan masuk kategori gempa dalam misalnya lebih dari 300 kilometer dengan mekanisme penyesarannya bukan sesar naik/turun," katanya.

Dengan begitu, gempa tidak cukup kuat mengakibatkan deformasi bawah laut. Dan pada akhirnya ketika dilakukan pemodelan, menunjukkan bahwa tidak berpotensi tsunami.

Gempa pembangkit tsunami biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, lokasi episenter terletak di laut. Kedua kedalaman pusat gempa relatif dangkal, kurang dari 70 kilometer.

Ketiga memiliki magnitudo besar lebih dari 7.0 SR. Keempat, mekanisme sesarannya adalah sesar naik (thrusting fault) dan sesar turun (normal fault).

Sementara itu, meski peringatan dini tsunami telah berakhir, BMKG terus melakukan pemutakhiran data terkait kondisi terkini. Dia menjelaskan pengakhiran potensi tsunami dilakukan setelah semua dipastikan aman sesuai hasil analisa BMKG yang berlaku di National Tsunami Warning Center (NTWC). Meski demikian, BMKG terus memantau kondisi terkini, terkait aktivitas kegempaan.

Dia juga mengatakan bahwa ketika gempa terjadi, sistem observasi, analisa, dan peringatan dini yang ada di NTWC BMKG berjalan normal dan berfungsi dengan baik. Menurutnya, jika ada sistem peringatan dini yang mengalami kerusakan, pasti akan segera ditindaklanjuti untuk diperbaiki.

Sementara itu, pascagempa tersebut, telah masuk beragam laporan kerusakan di sejumlah wilayah terdampak. Misalkan saja, di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas mengumumkan adanya kerusakan di RSUD Banyumas dan RS Siaga Medika Banyumas.

Akibatnya, sekitar 56 pasien RSUD Banyumas dipindahkan ke ruangan yang lebih aman, karena adanya kerusakan di sejumlah ruang rawat inap pascagempa. Selain itu, berdasarkan pendataan sementara yang dilakukan BPBD Banyumas dan Tagana Banyumas, sedikitnya 31 rumah di kabupaten itu rusak akibat gempa, sebagian besar di antaranya roboh.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Prasetyo Budi Widodo mengatakan, pendataan masih terus dilakukan. Masyarakat diingatkan untuk selalu meningkatkan kewaspadaan, meski demikian masyarakat juga diminta untuk tidak panik dan terus mengikuti petunjuk dan arahan dari instansi resmi yang terkait.

Masyarakat juga diingatkan untuk tidak mudah percaya pada isu yang tidak bertanggung jawab, dan jika membutuhkan informasi terkini terkait gempa bumi bisa menghubungi kantor BMKG terdekat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement