REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR) yang mengguncang selatan Pulau Jawa berpotensi tsunami karena termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman menengah.
"Gempa bumi tersebut masuk dalam kategori gempa menengah, dan berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan oleh BMKG memang berpotensi tsunami," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara), Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Sabtu (16/12).
Dia menambahkan, bisa saja ada gempa berkekuatan di atas 6.9 SR namun tidak berpotensi tsunami. "Kenapa ada gempa dengan magnitude di atas 6.9 SR tidak potensi tsunami? Sementara 6,9 SR bisa berpotensi? Bisa jadi karena gempa tersebut berlokasi di darat dan masuk kategori gempa dalam misalnya lebih dari 300 kilometer dengan mekanisme penyesarannya bukan sesar naik/turun," katanya.
Dengan demikian, kata dia, tidak cukup kuat mengakibatkan deformasi bawah laut. "Dampaknya ketika dilakukan pemodelan tidak berpotensi tsunami," katanya.
Gempa pembangkit tsunami, kata dia, biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, lokasi episenter terletak di laut.
Kedua kedalaman pusat gempa relatif dangkal, kurang dari 70 kilometer. Ketiga memiliki magnitudo besar lebih dari 7.0 SR. Keempat, mekanisme sesarannya adalah sesar naik (thrusting fault) dan sesar turun (normal fault).
Sementara itu, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi melalui siaran pers menambahkan gempa bumi selatan Jawa ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia. "Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi tektonik berkekuatan 6,9 SR terjadi dengan koordinat episenter pada 7,75 LS dan 108,11 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 kilometer arah Tenggara Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada kedalaman 107 kilometer," katanya.
Hingga hari Sabtu (16/12), pukul 01.05 WIB, hasil monitoring BMKG telah menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock) sebanyak tiga kali dengan kekuatan terbesar 3,4 SR. BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami, namun hingga berita ini diturunkan peringatan dini tersebut telah berakhir.
Terkait informasi pengakhiran peringatan dini tsunami tersebut, BMKG menyampaikan bahwa kondisi sudah aman dari potensi tsunami. Masyarakat sudah dapat kembali beraktivitas normal seperti biasa. Namun demikian masyarakat diimbau agar tetap waspada dan menghindari bangunan yang berpotensi rubuh.