REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) mengatakan pihaknya mengkoordinir sebanyak 20 ribu orang yang rencananya berangkat ke Jakarta pada Ahad (17/12) guna mengikuti unjuk rasa Aksi Bela Palestina.
"Targetnya 20 ribu ikut. Ada yang dari Bandung, Jakarta dan dan cabang-cabang," kata Aa Gym saat ditemui di Gedung MUI Pusat, Jakarta, Kamis (14/12).
Saat menghadiri rapat gabungan MUI dengan ormas terkait persiapan demo Aksi Bela Palestina, dia mengatakan, sejauh ini Daarut Tauhid sudah menyiapkan sekitar 100 bus yang akan digunakan untuk mengangkut jamaah aksi unjuk rasa menentang pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Sejumlah jamaah, kata dia, akan berangkat dari Daarut Tauhid dengan berkumpul terlebih dahulu pada pukul 22.00 WIB, Sabtu (16/12) dan diisi dengan kegiatan iktikaf. Pada pukul 00.00 WIB, Minggu (17/12), jamaah akan berangkat dari Bandung menuju Jakarta untuk ikut Aksi Bela Palestina di Monumen Nasional, Jakarta pukul 06.00 WIB di hari yang sama.
Aa Gym mengatakan dirinya bersama para santri Daarut Tauhid akan ikut serta dalam Aksi Bela Palestina sekaligus membantu berperan membantu kebersihan selama aksi unjuk rasa. "Saya akan hadir bersama santri dan tim, seperti biasa bagian bantu-bantu kebersihan. Untuk yang hadir bersiap agar menjadi tertib walaupun bertamu ke Jakarta tidak meninggalkan kotor sekecil apapun. Datang bersih, pulang harus lebih bersih Jakarta ini," kata dia.
Terkait pernyataan Trump, Aa Gym mengatakan presiden AS itu telah mencirikan dirinya sebagai seorang yang tidak punya moral yang baik karena berusaha untuk terus menekan Palestina. "Ya kita bisa bersatu tergugah. Pertama kita punya tanggung jawab bersama kepada Palestina yang dijajah sangat tidak bermoral dan siapapun yang mendukungnya juga tidak memiliki kartu komitmen yang baik," kata dia.
"Bahwa ini adalah pelanggaran yang sangat nyata terhadap hukum internasional. Mendukung penjajahan adalah perbuatan yang harus ditolak oleh seluruh masyarakat dunia yang beradab," katanya.