Rabu 13 Dec 2017 17:07 WIB

Dinkes Garut Pantau Penyebaran Difteri

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Seorang balita menangis saat melakukan imunisasi Difteri di Posyandu Mawar, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat memantau penyebaran penyakit difteri yang sepanjang tahun ini telah merenggut nyawa. Dinkes memastikan untuk sementara ini belum muncul lagi kasus difteri yang sedang memperoleh tindakan medis.

Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai mengatakan pihaknya memantau penyebaran difteri di seluruh wilayah Garut. Sebab, 12 kasus difteri yang terjadi di Garut pada tahun ini polanya menyebar secara merata. Dari pendataan sementara, Dinkes belum menemukan lagi pasien terindikasi difteri.

"Masih terus dipantau ke puskesmas-puskesmas,tapi kalau dari info terakhir belum ada. Termasuk yang dirawat di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung)," katanya pada wartawan, Rabu (13/12).

Guna mencegah bertambahnya kasus difteri, pihaknya menanti instruksi Kemenkes untuk mengadakan imunisasi massal (ORI). Apalagi ia menilai pasien difteri yang meninggal di Garut lantaran ada masyarakat yang tak mendapat imunisasi ketika masih berusia anak-anak.

"Semuanya (penderita difteri yang meninggal) diprediksi tidak diimunisasi. Kalau pun ada yang terjangkit setelah imunisasi bisa tapi tidak parah. Kalau sampai meninggal biasanya tidak diimunisasi. Kami menunggu instruksi Kemenkes untuk imunisasi lagi. Ada kemungkinan untuk itu," ujarnya.

Terakhir kasus difteri terjadi pada warga Pakenjang berusia 32 tahun atas nama Aidah. Ia meninggal dunia karena telat mendapat perawatan medis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement