Rabu 13 Dec 2017 12:40 WIB

Pengamat: Buku Isi Yerusalem Ibu Kota Israel Harus Ditarik

Rep: Muhyiddin/ Red: Bilal Ramadhan
Massa unjuk rasa menentang kebijakan Trump atas Yerusalem di President Park tidak jauh dari istana kepresidenan Gedung Putih Washington, DC, Jumat (8/12) waktu setempat, atau (9/12) dini hari WIB.
Foto: Michael Reynolds/EPA-EFE
Massa unjuk rasa menentang kebijakan Trump atas Yerusalem di President Park tidak jauh dari istana kepresidenan Gedung Putih Washington, DC, Jumat (8/12) waktu setempat, atau (9/12) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan Islam, Jejen Musfah mengatakan bahwa seluruh buku pelalajaran yang menulis Yerusalem sebagai ibu kota Israel harus ditarik dan direvisi oleh pemerintah maupun dari penerbit. Karena, Yerusalem bukan lah ibu kota Israel seperto yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump belum lama ini.

"Harus ditarik dan segera terbtkan edisi revisi," ujar Jejen saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (13/12).

Jejen menuturkan, tersebarnya buku yang menuliskan Yerusalem sebagai Ibu kota Israel merupakan pelajarn bagi setiap penulis buku-buku pelajaran agar tidak sembarangan dalam mengambil sumber. "Ini pelajaran untuk penulis agar hati-hati dalam mengutip sumber. Apalagi dari internet," ucapnya.

Menurut dia, selama ini sudah banyak kasus-kasus bahan pelajaran yang salah dalam memuat materi. Ia menjelaskan, kesalahan tersebut kerap terjadi lantaran penulis dikejar-dikejar oleh para penyedia proyek.

"Ketergesaan menulis kelemahannya. Waktu menulis yang kejar tayang atau sempit. Substansi tulisan kadang tidak terbaca dan terdalami karena soal waktu dan kejar tayang," katanya.

Selain itu, tambah dia, para penulis buku pelajaran itu juga sering tidak prifesional dalam mengerjakan buku-buku untuk siswa. Artinya, kata dia, penulis yang mengerjakan bukan lah orang yang menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama, melainkan hanya sambilan.

"Penulis bukan profesi utama tapi sambilan entah guru, pengawas, atau dosen. Maka, perlu edit berlapis dengan melibatkan pihak non penulis, bisa dari pakar, dosen, atay guru senior," jelas Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam FITK UIN Jakarta ini.

Seperti diketahui, buku pelajaran yang mengakui status Yerusalem sebagai ibu kota Israel kembali ditemukan di lapangan. Salah satunya adalah buku IPS untuk kelas 6 Sekolah Dasar yang dikeluarjan Penerbit Yudhistira. Buku ini pun tengah viral di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement