Rabu 13 Dec 2017 11:08 WIB

Menkes Pastikan Stok Vaksin Difteri Cukup

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk memberikan paparan saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).
Foto: Republika/Wihdan
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Muluk memberikan paparan saat pembukaan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) 2015 di Jakarta, Rabu (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Djoewita Moeloek menyatakan, logistik untuk vaksin Difteri cukup. Ia menyatakan, pihaknya telah menyiapkan dan berkoordinasi dengan pembuat vaksin untuk melakukan peningkatan menjelang awal tahun 2018.

Nila mengatakan, produksi vaksin ini akan ditangani oleh PT Biofarma. Nila optimistis, PT Biofarma sebagai pembuat vaksin terbesar nomor empat dunia dapat membuat produksi yang cukup. "Jadi kami siap dalam tahap ini dan sudah berkoordinasi, Insya Allah mudah-mudahan kami ingin meminta mereka untuk meningkatkan untuk tahap di bulan Januari atau 2018," kata Nila usai menerima penghargaan Bintang Bhayangkara Utama di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (13/12).

Nila menyebutkan, jutaan file vaksin sudah disiapkan untuk menghadapi wabah Difteri ini. Satu file dapat digunakan untuk delapan sampai sepuluh orang. Vaksin itu akan diutamakan di beberapa provinsi untuk mencegah lalu nantinya dilanjutkan ke daerah lain.

"Tiga dulu, Jakarta, Jakarta pun Barat dan Utara, Banten dan Jawa Barat tetapi tempat lain mereka sudah melakukan juga, seperti Jawa Timur karena vaksin ini selalu ada di kadinkes-kadinkes," kata dia.

Nila menambahkan, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan, kebanyakan yang terkena Difteri adalah anak-anak yang tidak diimunisasi. Karena itu Kementerian Kesehatan pun meminta agar anak-anak diimunisasi. Bukan hanya lima tahun ke bawah, tapi 18 tahun ke bawah.

"Jadi di ulang, karena imunisasi difteri ini antibodinya turun tapi nanti kita suntik lagi karena nanti diberikannya usia tiga bulan, empat bulan, delapan belas bulan, usia dua tahun kemudian usia anak sekolah kelas satu, kelas dua, kelas lima supaya daya tahan meningkat," kata Nila menjelaskan.

Mengingat penyebaran difteri yang cukup mudah melalui percikan ludah, Nila pun mengimbau agar setiap anggota keluarga maupun tetangga tetap waspada. Terlebih, apabila terdapat faktor peningkat risiko seperti lemahnya daya tahan tubuh. "Kalau ada faktor risiko, mungkin lebih baik kita lakukan imunisasi," kata dia. "Kami imbau bilamana ada yang sakit pakai masker. Jadi percikan ludah ini tidak menular pada orang," ujarnya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement