REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo akan mempunyai pengaruh terhadap calon ketua umum Partai Golkar pengganti Setya Novanto. Hal ini akan membuat calon yang didukung Joko Widodo berpeluang menang.
Pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya, mengatakan di Golkar ada kecenderungan untuk lebih kepada membaca peta suara. "Mereka (Golkar) biasanya membaca arah suara, siapa mendukung siapa, nah kekuasaan ini bukan kekuasaan yang dulu kala zaman Soeharto,” kata Yunarto.
Terkait dengan majunya Siti Heriyati Hariyadi alias Titiek Soeharto, menurut Yunarto, Titiek akan kesulitan dengan kondisi di Golkar. Dengan melihat kondisi Golkar lebih membaca peta suara maka apabila Titiek hanya dengan modal nama ayahnya yang merupakan Presiden kedua RI, Soeharto menurutnya akan sulit.
Saat ini, lanjut Yunarto, rezimnya Joko Widodo (Jokowi). Artinya di masa sekarang Titiek harus bisa membaca siapa yang didukung oleh Jokowi.
"Misalnya mengapa Pak Jokowi lebih dekat dengan Setnov (dulu) daripada Akom, dan sekarang lebih dekat ke Erlangga dibanding nama-nama lain," papar Yunarto.
Faktor lain yang juga akan membuat Titiek kesulitan, menurut Yunarto, menjadi Ketua Partai Golkar harus mempunyai saham atau amunisi yang lebih. Hal tersebut sambung Yunarto, sudah bukan rahasia lagi bagi Partai yang dianggap paling pragmatis dalam mengambil sikap ini.
“Menurut saya tidak cukup jika mbak Titiek hanya berbicara mengenai nama besar dari Pak Harto, dia harus betul-betul masuk ke pertarungan konkret baik dari sisi logistik maupun tanda kutip, memberi komunikasi baik dengan pemerintah, terangnya.
Untuk komunikasi dengan pemerintah Joko Widodo, menurut Yunarto, Titiek akan sulit mendapat dukungan. Alasannya karena ada beberapa hal di mana Titiek berbeda padangan dengan mereka.
"Mbak Titiek kan agak sulit masuk ke sini karena dianggap dalam demokrasi mendukung Prabowo, di Pilgub berbeda pandangan dengan DPP Partai Golkar, Anies Sandi, itu yang menurut saya sulit," terangnya.
Oleh karena itu, kata dia, masuknya Titiek dalam memperebutkan bangku pimpinan Golkar ini tidak akan banyak berpengaruh kepada para calon-calon yang sudah ada. Airlangga Haryanto dan Idrus Marham menurutnya tetap yang lebih unggul saat ini.
"Mungkin saja ada (pengaruh) tapi tidak cukup besar menurut saya untuk menjadi modal bisa bersaing. Saya melihat tetap Airlangga, Aziz dan Idrus melebih memiliki peluang,” kata Yunarto.