Senin 11 Dec 2017 17:52 WIB

Satu Lagi Pasien Difteri Meninggal

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Penyakit difteri kembali merenggut nyawa pasien. Kali ini terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pasien berusia 32 tahun atas nama Aidah.

"Benar, ada pasien meninggal karena penyakit difteri pada Ahad sore (10/12) kemarin sekitar pukul 3 sore," kata Juru bicara RSU dr Slamet Garut Muhammad Lingga Saputra, Senin (11/12).

Ia menyebut pasien baru memperoleh perawatan medis pada 6 Desember. Namun akibat kondisi pasien sudah terlampau parah, beragam upaya medis gagal dilakukan untuk mengembalikan kesehatan pasien.

Akhirnya, pasien yang beralamat di Kampung Ngamplang RT 01 RW 05 Kecamatan Pakenjeng tersebut meninggal dunia.

"Pasien waktu masuk RS sudah dalam keadaan demam tinggi, kemungkinan terlalu lama di rumah. Menginjak hari kedua, pasien drop hingga akhirnya meninggal dunia," ujarnya.

Republika.co.id berusaha menggali keterangan lebih lanjut pada Dinas Kesehatan Garut. Tetapi upaya mengirim pesan singkat dan menghubungi Kepala Dinkes Garut Tenny Swara Rifai serta Kabid P2P Dinkes Garut Janna Markus belum juga berhasil.

Hingga 3 Desember 2017, Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat sebanyak 116 kasus difteri, dengan 13 orang diantaranya meninggal dunia. Akibat kondisi itu, akhirnya wabah difteri di Jabar masuk dalam status KLB.

Khusus di Kabupaten Garut, terdapat sebelas kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini. Kasus difteri terjadi baik di wilayah Garut Utara, Garut Selatan hingga perkotaan Garut.

Sebelumnya, dua kejadian meninggal karena difteri dilaporkan terjadi sekitar awal tahun. Adapun sisanya berhasil dipulihkan kesehatannya. Namun dengan meninggalnya Aidah, maka total sudah tiga nyawa hilang karena difteri di Garut.

Difteri ialah infeksi bakteri dengan sumber dari Corynebacterium diphtheriae. Difteri biasanya mempengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Tanda-tanda kemunculannya dengan peningkatan suhu tubuh hingga 38 derajat Celcius, menyebabkan sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar dan lemas.

Bahkan dalam tahap lanjut, difteri mampu menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat fatal hingga berujung pada kematian. Penyakit difteri pun mudah menular melalui pernapasan, batuk atau bersin. Rizky Suryarandika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement