Senin 11 Dec 2017 13:36 WIB

9 Kasus Difteri Ditemukan di Kabupaten Bogor

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Seorang siswi melakukan cek kesehatan sebelum diimunisasi difteri saat sosialisasi komitmen pelaksaan kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri di Sekolah SMAN 33 Jakarta, Jalan Kamal Raya, Jakarta Barat, Senin (11/12).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang siswi melakukan cek kesehatan sebelum diimunisasi difteri saat sosialisasi komitmen pelaksaan kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri di Sekolah SMAN 33 Jakarta, Jalan Kamal Raya, Jakarta Barat, Senin (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat sembilan kasus difteri di wilayahnya. Dua di antaranya telah meninggal dunia dan satu orang lainnya dalam kondisi membaik dengan diagnosis akhir komplikasi myocarditis.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Bogor, Agus Fauzi, menuturkan korban meninggal dunia berusia empat dan lima tahun. "Mereka warga Citereup dan Cileungsi," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (11/12).

Agus menjelaskan, penemuan kasus difteri di Kabupaten Bogor tidak terjadi menumpuk dan mempunyai pola merata. Pada Januari dan Februari, ditemukan masing-masing dua kasus, sementara Maret dan Juli terdapat satu kasus tiap bulan.

Setelah kosong pada Agustus, dua kasus difteri kembali ditemukan di Kabupaten Bogor pada September. Terakhir, bulan Oktober, terjadi satu kasus lagi. Rentang usia penderita, dua sampai 18 tahun, ucapnya.

Agus menambahkan, difteri sebenarnya tergolong kasus lama. Tapi memang kembali mewabah belakangan ini di sejumlah kawasan di Indonesia, termasuk Jawa Barat. Untuk antisipasi, Agus menjelaskan, Dinkes Kabupaten Bogor sudah melacak dan memberikan obat ke penderita maupun carrier atau orang yang berpotensi membawa difteri. Pasien juga dirujuk ke rumah sakit untuk diberikan anti difteri serum.

Agar tidak semakin mewabah, Agus menuturkan, vaksinasi rutin sudah dilakukan di tingkat posyandu dan sekolah. "Nanti, kami juga menugaskan puskesmas untuk sweeping, apakah ada sasaran yang belom diimunisasi, entah karena menolak atau saat itu kondisi lagi tidak sehat," ucapnya.

Dinkes Kabupaten Bogor telah memberikan surat edaran kepada puskesmas dan rumah sakit. Laporan ke tingkat provinsi dan pusat juga sudah dilakukan setiap ada temuan kasus.

Saat ini, Agus menjelaskan, kasus difteri di Kabupaten Bogor terbilang rendah dibanding kawasan lain di Jawa Barat. Banyak faktornya, termasuk, program promosi yang sudah kami kuatkan sedari awal di tingkat puskesmas dan mengajak sektor lain untuk terlibat seperti Dinas Pendidikan, ucapnya.

Sementara itu, di tingkat kota, Dinkes Kota Bogor tidak menemukan kasus difteri sampai saat ini. Menurut Kepala Dinkes Kota Bogor, Rubaeah, Kota Hujan terbilang bersih dan bebas dari isu kesehatan yang tengah menjadi perhatian nasional tersebut.

"Prestasi itu, disampaikan Rubaeah, bukan tanpa sebab. Intensitas sosialisasi dan pemberian vaksinasi ke beberapa titik menjadi faktor penyebab Kota Bogor bisa bersih dari difteri. Ke depannya pun terus kami lakukan," ucapnya.

Tidak hanya itu, Rubaeah menambahkan, luasan Kota Bogor semakin menunjang untuk pencegahan difteri. Pendekatan personal terhadap masyarakat untuk melakukan vaksinasi dapat dilakukan lebih cepat dan intensif dibanding dengan daerah yang luas.

Tapi, tidak berhenti di sini, Rubaeah menjelaskan, Dinkes Kota Bogor akan tetap melaksanakan sosialisasi terkait difteri di puskesmas, posyandu maupun sekolah. "Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi di kemudian hari," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement