REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK UTARA -- Organisasi pegiat alam Pawang Rinjani Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), akan melakukan gerakan penghijauan dengan menanam dua juta bibit pohon di dalam kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Rinjani pada 24 Desember 2017. "Ya, dua juta pohon sengon, gatep, flamboyan, dan beragam jenis pohon-pohon endemik khas Pulau Lombok," ujar Humas Pawang Rinjani Apink Alkaff di Lombok Utara, Sabtu (9/12).
Apink menuturkan, gerakan penghijauan dengan menanam dua juta bibit pohon ini, merupakan program Daulat Pohon Pawang Rinjani bertajuk "Gawe Bawah 2017". "Gawe Gawah, dalam bahasa Sasak bermakna syukuran untuk hutan dihajatkan semata untuk merawat dan melestarian lingkungan. Terutama di kawasan Lombok Utara yang seluruh lahannya masuk dalam kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Rinjani," katanya.
Menurut Apink, gerakan penghijauan "Gawe Gawah 2017" ini, merupakan aksi lanjutan, setelah sebelumnya sukses menanam 40 ribu bibit pohon flamboyan. Nantinya, program merawat alam dengan dua juta pohon ini dibagikan kepada ribuan warga dan perwakilan kelompok masyarakat di lima kecamatan se-Lombok Utara.
"Rencananya, rilis dua juta pohon ini dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, anggota DPD asal NTB, para pegiat dan pecinta alam di NTB," ucapnya.
Apink, menjelaskan program ini, mendapat sokongan bibit dari BPDAS Dodokan Moyosari NTB, PDAM Lombok Utara, dan Galuh Foundation. Selain melestarikan lingkungan, Gawe Gawah, lanjutnya, adalah gerakan bersama mewujudkan mimpi Pawang Rinjani merancang Hutan Mini Kota di kawasan nonstrategis.
"Ruang nonstrategis ini sebagai skenario dalam pengolahan lingkungan di Lombok. Di mulai pengelolaan, lingkungan dari rumah tangga dan lingkungan sekitar. Baik pengelolaan hutan lindung maupun hutan konservasi bagi masyarakat secara luas," katanya.
Bahkan jauh dari itu, ruang nonstrategis diartikan sebagai ruang non area publik yang terdiri dari hutan lindung, HKM, hutan konservasi, daerah tanggkapan air, DAS, areal perkembunan masyarakat. Baik di zona sabuk hijau, lahan kritis dan lahan lahan lainnya yang ditumbuhkan kembali dapat memberi dampak dan manfaat yang lebih luas.
"Dengan sinergi dan strategi tersebut, diharapkan dapat membangun sistem yang pengelolaannya bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan," ucapnya.
Lebih lanjut, ujarnya, gerakan ini juga sudah mendapat sambutan dari sejumlah sekolah tingkat SMA yang siap merancang hutan mini di sekolah masing. Bahkan, hal ini diwujudkan SMA Kayangan dan MA Sunan Kali Jaga Tanjung. "Insyaallah, sekolah-sekolah lain juga akan menyusul," tandasnya.