REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah nama mulai muncul jelang Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar untuk mencari sosok pengganti Ketua Umum Setya Novanto. Mulai dari Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, Azis Syamsudin serta juga Pelaksana Tugas Ketua Umun Partai Golkar Idrus Marham.
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Pemenangan Pemilu wilayah Sumatera III Azis Syamsuddin yang namanya ikut disebut enggan berkomentar banyak mengenai rencana maju tersebut. Sebab menurutnya, belum ada kepastian waktu pelaksaan munas luar biasa.
"(soal pencalonan) Belum, masih nunggu putusan praperadilan. Surat-surat yang masuk ke DPD kemarin kan masih akan kita verifikasi. Kalau mekanisme dan sistem telah ada tentu berdasarkan hasil pleno tanggal 21 November itu kan kita akan pleno setelah putusan praperadilan," ujar Azis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis (7/12).
Karenanya, Anggota Komisi III DPR tersebut meski sudah ada usulan resmi Munaslub dari 31 Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar, tidak kemudian langsung bisa dilakukan. "2/3 itu kan salah satu syarat. Bukan syarat mutlak. Syarat itu kan bersifat politik ini bukan hanya dasarnya 2/3 thok (saja). Dasarnya juga ada. Kan bisa juga nanti 2/3 DPD kabupaten/kota memplt DPD Provinsi misalnya. Kan bisa bahaya ini organ partai ini," kata Azis.
Begitu pun terkait isu dirinya menjadi calon Ketua DPR menggantikan Setya Novanto. Ia mengaku masih menunggu penugasan partai baik untuk maju menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar maupun calon Ketua DPR.
"Saya tergantung perintah partai. Perintah partai suruh saya jadi anggota ya jadi anggota, mekanismenya tentu tergantung dari DPP Partai Golkar," ujar Azis.
Namun ia mengaku siap, jika nantinya ditunjuk dan ditugaskan oleh partai. "Kita kan sebagai kader partai kita taat dan patuh pada keputusan partai, dan saya selalu menjaga sendi-sendi organisai dan aturan-aturan dan petunjuk pelaksana itu harus kita jaga," katanya.