Rabu 06 Dec 2017 10:48 WIB

Dinkes Kota Tasik Waspadai Kemunculan Difteri

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas memperlihatkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas memperlihatkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya mengaku belum memperoleh laporan kasus difteri. Hanya saja, dikhawatirkan muncul kasus difteri di 'Kota Santri' itu lantaran difteri sudah muncul di daerah sekitar.

Kepala Dinkes Kota Tasik Cecep Z Kholis mengaku khawatir bahwa kasus difteri melanda Kota Tasik. Apalagi daerah sekitar Kota Tasik seperti Garut sudah melaporkan adanya kasus difteri dengan jumlah mencapai sebelas kasus tahun ini. "Tasik alhamdulilah belum ada laporan, mudah-mudahan tidak ada, cuma tetap harus waspada karena ditopang dengan daerah sekitarnya yang dikabarkan ada laporan difteri. Kalau di Tasik, alhamdulilah belum ada kasus," katanya pada Republika.co.id, Rabu (6/12).

Pihaknya tak menutup mata akan potensi difteri yang terjadi tapi tak dilaporkan. Sehingga ia mengimbau masyarakat supaya memeriksaan secepatnya saat muncul gejala penyakit difteri. Apalagi difteri sebenarnya bisa diobati kalau proses penanganannya cepat dilakukan.

"Kewaspadaan perlu ditingkatkan dan kalau ada gejala mirip harus segera diperiksakan, karena ini cepat, dalam beberapa hari bisa parah, ini perlu ditangani cepat supaya bisa disembuhkan," imbaunya.

Berbeda dengan Garut yang mesti merujuk penderita difteri ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, ia yakin fasilitas kesehatan di Kota Tasik terbilang memadai. Terlebih, Kota Tasik mempunyai RSUD dr Soekardjo sebagai rujukan RS di kawasan Priangan Timur. "Fasilitas kesehatan kami mah Insya Allah memadai tangani itu," ucapnya.

Sementara itu, Kabid Pelayanan RSUD dr Soekardjo Budi Tirmadi juga mengkonfimasi belum adanya laporan pasien penderita difteri. "Sampai sekarang, kami belum terima pasien difteri," tuturnya.

Diketahui, Dinkes Jabar mencatat sebanyak 116 kasus difteri hingga 3 Desember 2017 ini, dengan jumlah kematian sebanyak 13 kasus. Akhirnya wabah difteri di Jabar masuk dalam status KLB.

Difteri ialah infeksi bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae, yang biasanya memengaruhi selaput lendir dan tenggorokan. Difteri biasanya menyebabkan sakit tenggorokan, demam, kelenjar bengkak dan lemas. Dalam tahap lanjut, difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, ginjal dan sistem saraf. Kondisi seperti itu pada akhirnya bisa berakibat sangat fatal dan berujung pada kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement