Selasa 05 Dec 2017 13:25 WIB

Aktivitas Magma Gunung Agung Masih Tinggi

Relawan dari Bali Rumah Singgah Satwa memperhatikan pepohonan yang mati akibat abu vulkanis saat mencari hewan-hewan terdampak bencana Gunung Agung, di Sebudi, Karangasem, Bali, Ahad (3/12).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Relawan dari Bali Rumah Singgah Satwa memperhatikan pepohonan yang mati akibat abu vulkanis saat mencari hewan-hewan terdampak bencana Gunung Agung, di Sebudi, Karangasem, Bali, Ahad (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat aktivitas magma Gunung Agung masih tinggi dengan intensitas kegempaan frekuensi rendah pada Selasa (5/12) pukul 06.00-12.00 Wita. Aktivitas magma mencapai 10 kali dengan amplitudo 2-22 milimeter dengan durasi 38-102 detik.

"Kesimpulannya aktivitas Gunung Agung sampai saat ini masih tinggi dan berpotensi mengalami erupsi. Oleh karena itu, tingkat aktivitas gunung ini masih di tingkat IV atau Awas," kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana di Pos Pemantaua Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem.

Ia menjelaskan intensitas asap kawah Gunung Agung terpantau bertekanan sedang yang berwarna putih dengan intensitas tebal dengan ketinggian 1.000 hingga 1.500 meter di atas puncak kawah. Hembusan asap putih tebal dengan ketingian ini terjadi pada Selasa pukul 08.48 Wita dengan hembusan asap mengarah ke timur. Untuk, aktivitas vulkanik dangkal tercatat intensitasnya dua kali dengan amplitudo tiga milimeter dengan durasi 11-12 detik.

"Kami akan terus melakukan pemantauan guna mengantisipasi adanya akumulasi gas di bawah permukaan kawah Gunung Agung karena berpotensi terjadinya erupsi," ujarnya.

Untuk kondisi geokimia, kata Devy, pada Senin malam (4/12) terekam gas-gas magmatik Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Agung dari Satelit Suomi National Polar-Orbiting Partnership (Suomi NPP), akibat aktivitas gunung setinggi 3.142 mdpl itu.

"Ini menandakan, meskipun asap yang dikeluarkan Gunung Agung berwana putih, namun konten SO2 dan aktivitas magmatik yang terus berlangsung," ujarnya.

Selain itu, berdasarkan citra satelit, terpantau lava masih melakukan pengisian di kawah dengan laju pertambahan melambat. Walaupun pertambahan lava melambat, terhitung sejak 25-29 November 2017 tercatat sebanyak 20 juta meter kubik.

Kemudian pada 30 November 2017 hingga Selasa ini (5/12) terjadi pertambahan ketinggian lava di kawah Gunung Agung mencapai ketinggian 10 meter dan diakuinya untuk mencapai ketinggian bibir kawah masih memerlukan waktu lama.

"Artinya dari ketinggian lava kawah yang saat ini 10 meter, masih ada longgar kedalaman kawah untuk dilakukan pengisian lava kira-kira 120 meter untuk mencapai di bibir kawah. Ini akan terus kami amati dengan skenario yang sama, bahwa aktivitas ini bisa saja menurun apabila magma Gunung Agung menjadi degesing atau mobilitas berkurang," ujarnya.

Devy juga menuturkan pada Senin malam (4/12) teramati sinar api (glow) berwarna terang yang mengartikan adanya efusi lava atau energi termal dengan suhu lava baru yang masih panas dengan perkiraan temperatur suhunya 900 hingga sampai 1.200 derajat Celcius.

"Ini menandakan ada lava baru yang masih panas dan setelah pertahan volume, kemungkinan lava yang ada di atasnya mengalami perubahan suhu karena berinteraksi dengan dengan udara luar," ujarnya.

Untuk energi dorong lava saat ini masih terus terjadi karena terdeteksi dari seismograf masih ada terjadinya aktivitas kegempaan, artinya aktivitas magmatik Gunung Agung ini masih tinggi. "Data ini akan kami jadikan pegangan dan mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap harus waspada," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement