Sabtu 02 Dec 2017 19:32 WIB

Gunung Sinabung Kembali Meletus, Warga Diminta Waspada

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Elba Damhuri
Semburan debu vulkanis gunung Sinabung saat erupsi terlihat dari Desa Tiga Pancur, Karo, Sumatera Utara, Minggu (13/11).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Semburan debu vulkanis gunung Sinabung saat erupsi terlihat dari Desa Tiga Pancur, Karo, Sumatera Utara, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat Gunung Sinabung, Sumatra Utara, kembali meletus pada Sabtu (2/12). Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, aktivitas Gunung Sinabung pukul 00.00 WIB hingga pukul 06.00 WIB tercatat sebanyak 17 kali mengalami gempa guguran, 12 kali gempa frekuensi rendah, dan dua kali fase banyak.

Kemudian cuaca di gunung ini berawan, angin bertiup lemah. Gunung Sinabung tampak jelas tertutup kabut. Ia menambahkan teramati asap kawah putih tebal, tekanan lemah, tinggi 50 meter (m) diatas puncak.

"Teramati tiga kali letusan dengan tinggi abu vulkanik 1.300-2.500 meter dan warna kelabu. Teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 3.000 m kearah tenggara-selatan," kata Sutopo seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Sabtu sore.

Juga. teramati guguran dengan jarak luncur 2.500 m kearah tenggara selatan. BNPB mencatat terjadi tiga kali gempa letusan, durasi antara 357-707 detik. Kemudian satu kali awan panas guguran, durasi 357 detik, 27 kali gempa guguran, tujuh kali gempa frekuensi rendah, dua kali gempa tektonik lokal. Status gunung ini awas.

BNPB merekomendasikan masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer (km) dari puncak. Dalam jarak 7 km untuk sektor selatan-tenggara, di dalam jarak 6 km untuk sektor tenggara-timur, serta di dalam jarak 4 km untuk sektor utara-timur Gunung Sinabung.

Selain itu, masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar. Kemudian mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus maka penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran Sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan.

"Bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir," Sutopo menjelaskan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanah Karo segera melakukan sosialisasi ancaman bencana lahar/banjir bandang ini ke penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sepanjang hilir dan sekitar Sungai Laborus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement