REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Erupsi Gunung Agung di Bali berdampak pada sektor pariwisata, tak hanya di Bali, melainkan juga di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Perwakilan Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Cabang Lombok Aang Sadikin mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Lombok cukup terpukul dengan kondisi yang terjadi di Bali.
"Okupansi (tingkat hunian kamar) jelas menurun drastis," ujar Aang saat rapat koordinasi antisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Kantor Dinas Pariwisata NTB, Kamis (30/11).
Aang menyebutkan, penurunan okupansi kamar di Lombok berkisar di angka 30 persen hingga 40 persen. Ia mengungkapkan, sejumlah pembatalan pemesanan kamar juga dilakukan calon wisatawan mengingat aktivitas vulkanis yang terjadi di Gunung Agung.
Sejumlah pelaku usaha perhotelan di Lombok, lanjut Aang, menyiasati penurunan okupansi ini dengan memberikan diskon 50 persen bagi wisatawan terdampak. Banyak wisatawan, kata Aang, yang tidak bisa keluar dari Lombok lantaran sistem buka-tutup yang dilakukan di Bandara Internasional Lombok.
Pilihannya ada dua, antara menempuh jalur laut atau memperpanjang masa tinggal di Lombok. Aang menambahkan, peluang ini harus segera dilakukan para pelaku industri wisata dalam memberikan layanan terbaik bagi para wisatawan.
"Selain diskon 50 persen yang sudah kami berikan sejak 26 November 2017, kami juga butuh crisis center untuk memberikan informasi kepada wisatawan soal perkembangan terkini Gunung Agung, bandara, dan jalur laut," kata Aang menegaskan.