Rabu 29 Nov 2017 10:25 WIB

Pemuda NTT Buat Terobosan Tingkatkan Kemampuan Baca Anak

Lapo di Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, atau sekitar 80 kilometer dari  pusat Kota Kabupaten Kupang terlihat dipenuhi anak-anak yang sedang belajar.
Foto: dokpri
Lapo di Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, atau sekitar 80 kilometer dari pusat Kota Kabupaten Kupang terlihat dipenuhi anak-anak yang sedang belajar.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Berawal dari adanya keprihatinan dengan rendahnya kemampuan dan minat baca anak-anak di pedalaman Nusa Tenggara Timur, Simon Seffi tergerak untuk membuat terobosan. Ia pun mendirikan  Rumah Belajar yang dinamai dengan Lopo Belajar Suku Adat Elan, Boy, Tuname Nenomana pada 2015. Lapo adalah rumah tradisional suku timor yang atapnya berbentuk kerucut dan tidak memiliki dinding. 

Lapo itu ia dirikan di Desa Poto, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, atau sekitar 80 kilometer dari  pusat Kota Kabupaten Kupang. Saat ini, sebanyak 30 anak-anak dari tiga suku adat bergabung belajar meningkatkan kemampuan baca di Lapo tersebut.

“Saya bentuk Lapo Belajar ini karena di Kabupaten Kupang, banyak yang belum lancar baca tulis meski sudah hampir tamat SD,” tutur Simon.

Pemuda kelahiran Kupang,  4 Januari 1988 ini berstatus sebagai pengajar di SMAN 2 Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang. Jangankan siswa SD dan SMP, bahkan Simon mendapati sebagian anak asuhnya di bangku SMA, belum lancar membaca dan menulis. 

Ia pun sempat membuat penelitian untuk mengetahui kemampuan baca anak-anak SD tingkat akhir di Kabupaten Kupang. Dari 10 sekolah yang ia jadikan sampel, ternyata hanya hanya 10 persen siswa yang kemampuan membacanya di katagori C,B, dan A. Sedangkan mayoritas kemampuan bacanya hanya masuk katagori E dan D.

Kondisi yang membuat Simon terpecut untuk mendirikan Lopo Belajar Suku Adat Elan, Boy, Tuname Nenomana, sebagai tempat mengembangkan kemampuan dan minat baca anak-anak dari ketiga suku adat tersebut. Karena membaca ada kunci untuk membuka pintu ilmu pengetahuan. 

Lapo yang ia dirikan menggunakan konsep bermain sambil belajar.  “Mereka yang sudah bisa baca meski belum lancar, saya pinjami buku bacaan lalu setiap pertemuan Senin, Kamis, dan Sabtu sore saya minta mereka untuk  memberitahu kosa kata yang tidak mereka mengerti lalu saya jelaskan artinya. Ada juga yang saya minta menceritakan kembali dengan bahasa sendiri cerita yang sudah dibacanya,” kata Simon yang dibantu oleh beberapa rekan dan derwaman untuk pengadaan buku yang disediakan di Lapo tersebut.

Simon merupakan satu dari 78 pemuda teknopreneur yang mengikuti pelatihan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bersama para pemuda terseleksi lain dari 34 provinsi, ia mendapatkan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pemuda Berbasis IPTEK dan IMTAK bertema “Pemuda sebagai Penggerak Sentra Pemberdayaan Pemuda di Desa”  yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada akhir Juli 2017.

Dia berharap bisa membuka Lapo belajar di banyak titik di daerah pedalaman Kabupaten Kupang. Agar banyak anak yang bisa bergabung sehingga konsep "bermain sambil belajar dengan sentuhan personal" yang ia terapkan bisa menyasar banyak anak. Sebab, dari hasil penelitiannya, banyak sekolah yang belum ramah anak dalam menggunakan metode pembelajaran baca tulis, sehingga siswa jadi tidak cerdas dan kemampuan membacanya lambat.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement