REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, erupsi Gunung Agung dapat menganggu ekonomi dan pariwisata nasional. Sebab, bandar udara mulai ditutup sehingga tidak ada aktivitas penerbangan terutama dari luar negeri.
"Tiap hari itu pesawat masuk sekitar 7.000 hingga 8.000 ribu turis tiap hari ke Bali, ini dari asing saja ya. Kalau sudah tiga hari (bandara ditutup, Red), itu berarti ada 24 ribu tidak masuk, jadi memakan waktu, tentu ada kerugiannya," ujar Jusuf Kalla ketika ditemui di kantornya, Selasa (28/11).
Tingginya intensitas abu vulkanik akibat aktivitas Gunung Agung membuat Bandara Internasional Ngurah Rai Bali ditutup sejak Senin (27/11) lalu. Akibatnya, maskapai penerbangan nasional maupun internasional membatalkan jadwal penerbangan menuju Bali. "Tapi intinya itu tiap hari ada kira-kira 8.000 sampai 9.000 ribu turis asing terganggu untuk masuk ke Bali," kata Jusuf Kalla.
Pada Oktober 2018 Bali akan menjadi tuan rumah untuk Annual Meetings International Monetary Fund (IMF). Erupsi Gunung Agung ini menjadi catatan tersendiri bagi IMF. Jusuf Kalla mengatakan, IMF akan memantau kondisi Bali sampai tahun depan. Jika keadaan Bali dinilai masih berbahaya, maka IMF akan melakukan evaluasi.
"Ya evaluasi, bisa saja (pemindahan venue, Red). Tidak mungkin kan pertemuan penting dan terjadi erupsi, sehingga pesawat tidak bisa masuk, tapi kita harapkan bahwa tahun depan sudah selesai," ujar Jusuf Kalla.
Terkait event terdekat seperti Bali Democracy Forum yang akan digelar pada Desember 2017, menurut Jusuf Kalla, tidak menutup kemungkinan event ini dipindahkan ke Jakarta. Sebab, kondisi di Bali saat ini masih belum stabil.