Sabtu 25 Nov 2017 01:13 WIB

Mengubah Kantong TKI jadi Kampung Sapi

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, Ketua HKTI, Jenderal ( Purn) Moeldoko, Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, Bupati Indramayu, Anna Sophanah, anggota Komisi IV DPR RI, Ono Surono dan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang,  menghadiri Syukur Panen di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Kamis (23/11).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, Ketua HKTI, Jenderal ( Purn) Moeldoko, Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, Bupati Indramayu, Anna Sophanah, anggota Komisi IV DPR RI, Ono Surono dan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Indramayu, Syekh Panji Gumilang, menghadiri Syukur Panen di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Kamis (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  "Ini luar biasa. Kalau bisa inid icontoh oleh seluruh kepala desa di Indonesia," tegas Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat meninjau Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Kamis (23/11).

 

Amran menilai, apa yang dilakukan oleh Kepala Desa Majasari, Wartono, patut menjadi percontohan. Betapa tidak, dengan berbagai inovasinya, sang kepala desa mampu mengubah desa yang semula termasuk desa tertinggal kini menjadi desa terbaik nasional.

 

Tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang semula banyak yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI), juga meningkat meski tak lagi pergi ke negeri orang. Kini, masyarakat Desa Majasari banyak yang menjadi peternak sapi dan memanfaatkan berbagai produk ikutannya menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi.

 

"Sangat kreatif. Seorang kepala desa mampu mengangkat pendapatan petani dan menurunkan jumlah TKI. Mereka tetap bisa mencari nafkah di kampung halaman sendiri dan sejahtera," kata Amran.

 

Apresiasi senada juga disampaikan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, yang mendampingi kunjungan menteri pertanian. Diapun sepakat dengan menteri pertanian yang menyatakan bahwa Desa Majasari patut dicontoh desa-desa lainnya di Indonesia.

 

"(Desa Majasari) luar biasa," tutur gubernur yang akrab disapa Aher itu.

 

Aher mengatakan, Pemerintah Desa Majasari selama ini mampu mengelola dengan baik bantuan yang dikucurkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan berbagai pihak lainnya. Bantuan itupun menghasilkan gerakan perekonomian yang sangat bagus hingga menurunkan angka kemiskinan dari 40 persen menjadi delapan persen.

 

"Majasari pun jadi desa terbaiknasional pada 2016 lalu," ujar Aher.

 

Saat ini, lanjut Aher, yang menggerakkan perekonomian Desa Majasari salah satunya adalah peternakan sapi. Bahkan, semakin hari, peternakan tersebut semakin berkembang pesat.

 

Kepala Desa Majasari, Wartono, mengungkapkan, peternakan sapi di desanya dimulai pada 2013. Saat itu, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian memberikan bantuan Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) sebanyak 32 ekor.

 

Sapi-sapi itu sebagian dirawat oleh warga yang istrinya menjadi TKI ke luar negeri. Dengan memelihara sapi, para suami dari TKI tersebut punya kesibukan, tidak ada kejenuhan, dan tidak ada kesempatan untuk berbuat negatif. Sapi bantuan pemerintah itupun berkembangbiak dengan pesat.

 

Selanjutnya, melalui APBNP 2016, Kementan memberikan penambahan indukan lokal sebanyak 13 ekor. Saat ini, jumlah total ternak sapi milik peternak telah menjadi  211 ekor, dengan sapi yang dipelihara yaitu sapi PO, Limousin, Simental dan Brahman.

 

Wartono menambahkan, Kelompok Tunggal Rasa yang mengelola peternakan itu juga memiliki potensi usaha di bidang peternakan sapi potong. Hal itu didukung oleh banyaknya limbah pertanian yang diolah menjadi pakan ternak yang berkualitas. 

 

"Selain memiliki kebun rumput, anggota kelompok juga mempunyai kemauan untuk menerapkan teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian, seperti jerami, untuk penyediaan pakan ternak," terang Wartono.

 

Menurut Wartono, banyak kemajuan yang dimiliki oleh kelompok ternak sapi itu karena ketua dan anggotanya telah mengikuti berbagai pelatihan. Di antaranya, pelatihan pengolahan limbah, pelatihan teknologi pakan ternak, pelatihan budidaya sapi potong, baik yang diselenggarakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jabar maupun Kabupaten Indramayu.

 

Tak hanya itu, pada 2016 lalu juga telah dilakukan Gerakan Penanaman Indigofera seluas dua hektare. Penanaman Indigofera itu merupakan program gubernur Jabar dan didukung oleh perguruan tinggi yaitu Universitas Padjajaran dan Universitas Wiralodra.

 

Selain itu, masyarakat Desa Majasari juga sudah memanfaatkan teknologi tepat guna. Seperti pengolahan limbah (biogas), pengolahan limbah cair (POC) dan pembuatan kompos.

 

Ketua Kelompok Tunggal Rasa, Slamet Setyadi menyebutkan, perkembangan yang sangat pesat itu juga diperoleh dari hasil pelaksanaan pembibitan sapi dengan Inseminasi Buatan (IB).

 

"Program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) dari pemerintah juga telah membantu peternak dalam program pembibitan," kata Slamet.

 

Slamet menambahkan, peternak juga sudah melaksanakan sistem recording atau pencatatan, serta menggunakan bibit unggul. Menurutnya, dari usaha beternak tersebut, peternak di Majasari telah memperoleh pendapatan yang cukup sehingga mereka tidak lagi tertarik untuk bekerja menjadi TKI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement