Jumat 24 Nov 2017 02:52 WIB

BMKG: Waspadai Curah Hujan Ekstrem pada Desember 2017

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Musim hujan (ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Musim hujan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, musim hujan tahun 2017 secara umum mulai terjadi pada akhir Oktober hingga November. Puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Desember mendatang.

"Berdasarkan analisis perkembangan musim hujan pada November Dasarian II didapat sebagian besar wilayah Indonesia sudah mengalami Musim Hujan," jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal di kantor BMKG, Kamis (24/11).

Herizal melanjutkan, sebesar 61 persen atau sebanyak 209 ZOM (Zona Musim) sudah memasuki musim hujan. Sedangkan sebanyak 39 persen 133 ZOM masih mengalami musim kemarau. Adapun wilayah yang belum memasuki musim hujan yaitu sebagian Lampung, Jawa Timur, Sebagian Bali Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Berdasarkan analisis curah hujan pada dasaraian II November 2017 didapat bahwa kondisi curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia lebih basah dari normalnya. Dan juga, lanjut dia, lebih basah jika dibandingkan tahun 2016 di bulan dan dasarian yang sama. Tetapi pada beberapa wilayah Indonesia terdapat wilayah dengan curah hujan tinggi.

"Puncak musim hujan akan diprediksi terjadi pada Desember 2017 hingga Februari 2018," ungkapnya.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau perlu diwaspadai dampak yang ditimbulkan terutama untuk daerah-daerah yang rentan terhadap bencana. Seperti banjir, tanah longsor, genangan, angin kencang, pohon tumbang. Khususnya wilayah Sumatera, Jawa dan Bali-Nusa Tenggara mengingat peluang curah hujan ekstrim pada bulan-bulan tersebut akan semakin meningkat.

Saat ini terdapat beberapa indikasi penyebab hujan lebat di sekitar Indonesia. Antara lain munculnya sebuah bibit Siklon Tropis di Samudera Hindia Selatan Jawa Timur serta adanya Sirkulasi siklonik di Perairan Barat Sumatera, Laut Banda dan di Laut Cina Selatan. Dampaknya mengakibat secara tidak langsung membentuk pola belokan dan pertemuan angin di wilayah Indonesia.

Selain itu indikasi aktifnya pola Inter Tropical Convergene Zone (ITCZ) yang terbentuk memanjang dari Sumatera Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara hingga Laut Banda juga turut memicu potensi hujan lebat di beberapa wilayah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement