Kamis 23 Nov 2017 06:44 WIB

Pemkot Bekasi Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Rep: Farah Nabila Noersativa/ Red: Hazliansyah
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.
Foto: Republika/Dea Alvi Soraya
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kota Bekasi tak lama lagi mampu mewujudkan cita-cita memilki Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di kotanya. Wali kota Bekasi, Rahmat Effendi menggandeng PT Nusa Wijaya (NW) Abadi sebagai pihak ketiga yang dapat menghasilkan tenaga listrik dari sampah.

Wali kota yang akrab disapa Pepen itu berniat akan membawa inovasi itu pada Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Bekasi pekan depan.

"Supaya beliau tahu, Kota Bekasi sudah mampu memiliki alat pengolah sampah menjadi listrik," kata Rahmat saat meninjau PLTSa di TPA Sumurbatu, Kota Bekasi, Rabu (22/11).

 

Menurutnya, saat ini hanya tiga negara yang menggunakan teknologi memusnahkan sampah di dunia, termasuk Indonesia di Kota Bekasi.

"Makanya, pemusnahan sampah ini sangat perlu dilakukan terlebih bisa menghasilkan listrik," ungkapnya.

Pepen mengatakan saat ini di kotanya memang diperlukan sebuah inovasi dalam pengolahan sampah. Sampah per hari yang ditampung oleh TPA Sumurbatu mencapai 1.500 ton.

"Sampah sebanyak itu bisa memenuhi lahan seluas dua hektar dalam kurun enam bulan," katanya.

Maka ia menilai, dengan menggandeng PT NW Abadi sebagai pihak ketiga, akan dapat mewujudkan cita-cita Kota Bekasi yakni PLTSa. Akan dilakukan sistem pembakaran yang akan berdampak positif menghasilkan tenaga listrik.

Teddy Sujarwanto, CEO PT NW Abadi yang memanfaatkan sampah menjadi tenaga listrik ini mengatakan, ia telah beberapa kali melakukan uji coba sejak bulan Maret lalu.

"Karena setiap kota, karakter sampahnya berbeda-beda, jadi musti diuji terlebih dahulu," katanya.

Menurutnya, dengan mesin reaktor yang ia miliki, inovasi itu mampu menghasilkan tenaga listrik sesuai dengan peraturan yang ada. Ia menekankan reaktor itu bukan incinerator yang saat ini hangat diperbincangkan.

"Kalau itu, prosedurnya dibakar di dalam boiler, kemudian gas buangnya susah dikontrol itu yang diributkan," ujarnya.

Ia lalu menjelaskan, teknologi yang digunakan adalah dengan membakar sampah di reaktor terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam boiler. Sehingga reaktor dapat membakar udara bukan dari udara luar, tapi udara dari boiler dan akan kembali ke reaktor.

Ia sendiri juga mempertimbangkan soal dioksid. Hal yang menurutnya dipertimbangkan bahkan oleh Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dioksid tidak boleh melebihi 0,1 ppm.

"Dengan memberikan temperature 950 hingga 1200 derajat dalam waktu lebih dari tiga detik, maka dioksid pun akan hilang," ujarnya.

Teddy menjelaskan saat ini potensi tenaga listrik di Indonesia berdasarkan sampah tiap kabupaten/kota yang 70 persennya telah menggunung, adalah sebanyak 4500 megawatt.

"Jika dapat diberdayakan, Indonesia dapat terbantu soal listrik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement