Ahad 19 Nov 2017 11:41 WIB

Setnov Ditahan, Jokowi Terancam?

Setnov Kembali Pimpin Rapat Pleno. Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menuju ruangan Rapat Pengurus Pleno DPP Partai Golkar di DPP Partai Golkar, Jakarta, Rabu (11/10).
Foto:

Elektabilitas Jokowi yang anjlok hingga di angka 36,2% (Survey Median) jika tidak berhasil dinaikkan, terbuka kemungkinan untuk ditinggalkan oleh partai-partai koalisi. Namun demikian, Jokowi, dalam posisinya sebagai penguasa saat ini diuntungkan oleh fasilitas kekuasaan.

Kesempatan ini bisa digunakan untuk meningkatkan elektabilitasnya dengan terus menggenjot prestasinya selama menjabat sebagai presiden. Jokowi bisa mengkapitalisasi program-program pemerintahan yang berhasil direalisasikannya, terutama di bidang pembangunan infrastruktur. Walaupun tetap akan ada opini perbandingan dengan catatan-catatan kelemahan yang akan menjadi peluru lawan untuk menyerang Jokowi, terutama terkait dugaan ketidakadilan hukum, sikap yang dianggap represif, terpuruknya ekonomi, turunnya daya beli rakyat, dicabutnya banyak subsidi dan membengkaknya hutang negara. Jika Jokowi berhasil reborn, maka terbuka kemungkinan akan ada kesempatan kedua. Jika gagal, maka tidak mustahil partai-partai koalisi akan hengkang dan pindah ke lain hati.

Meski hasil survey Jokowi di atas Prabowo, tapi posisinya jelas terancam jika muncul calon lain. Hasil survey 36,2 bagi seorang incumbent menunjukkan "angka defisit". Dengan angka di bawah 50% itu berarti rakyat tidak lagi menghendaki Jokowi sebagai presiden untuk yang kedua kali. Namun, kesimpulan ini sangat bisa berubah, bergantung perkembangan situasi politik di kemudian hari dan bergantung juga bagaimana Jokowi meyakinkan rakyat di sisa masa jabatannya. Munculnya penantang baru juga akan sangat menetukan posisi Jokowi.

Sementara prabowo, tetap berada di bawah elektabilitas Jokowi. Trend turunnya suara Jokowi ternyata tidak diikuti naiknya suara Prabowo. Ini mengindikasikan bahwa dua calon "senior" ini dinilai tidak representatif bagi keinginan rakyat Indonesia. Deja vu sulit untuk diwujudkan. Karena itu, munculnya calon-calon baru sangat terbuka dan berpeluang menyalib suara keduanya.

Dari data survey di atas mengindikasikan bahwa rakyat Indonesia sedang memimpikan hadirnya pemimpin baru. Pemimpin yang bisa menjadi tempat untuk menitipkan harapan bagi bangsa ini.

Ada sejumlah nama yang terjaring di survey, diantaranya adalah Anies Rasyid Baswedan dan Gatot Nurmantyo. Kedua tokoh ini berpeluang untuk berkontestasi di pilpres 2019. Potensi keduanya cukup besar mengingat keduanya adalah tokoh yang saat ini sedang berada di puncak popularitasnya. Tidak saja populer, langkah-langlah keduanya dalam memimpin terus mendapat simpati rakyat.

Manufer-manufer Gatot dalam kasus G30S PKI dan pembelaannya terhadap aksi 411 dan 212 telah sukses mengharumkan namanya. Langkah-langkah tegas tersebut membuat sosok Panglima TNI ini kebanjiran simpati, terutama dari umat Islam. Namun simpati Umat Islam mendadak pudar ketika Gatot membuka identitas politiknya dengan mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi untuk melanjutkan kekuasaannya. Sikap ini seolah mengkonfirmasi rumor selama ini bahwa Gatot adalah "tandemnya Jokowi" yang  berperan menarik simpati suara Umat Islam. Anak-anak ABG bilang: "Kamu Ketahuan..."

Selain Gatot, ada Anies Baswedan. Tokoh yang sempat diberhentikan Jokowi dari kemendikbud ini mendadak namanya kembali berkibar setelah dicalonkan menjadi gubernur DKI oleh dua partai oposisi pemerintahan yaitu Gerindra dan PKS. Namanya semakin meroket ketika Anies terpilih menjadi gubernur DKI dan nekat menghentikan proyek reklamasi, sebuah proyek raksasa yang diisukan mendapat dukungan kekuasaan. Simpati publik kepada Anies bertahap naik ketika Anies bernyali menutup Alexis, hotel yang dijadikan surga dunia bagi para lelaki pemburu nikmat.

Kedua tokoh di atas adalah "rising star" yang jika berani mengambil jarak dengan penguasa, mereka akan menjadi ancaman serius bagi Jokowi di pilpres 2019.

*DR Tony Rosyid, Direktur Graha Insan Cendikia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement