Sabtu 18 Nov 2017 00:03 WIB

Cerita Pasukan Oranye, Si Penjaga Kebersihan DKI Jakarta

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andri Saubani
 Pasukan oranye menarik pohon yang sudah dipangkas di kawasan Jalan Pejaten, Jakarta, Senin (31/7).
Foto: Republika/mah
Pasukan oranye menarik pohon yang sudah dipangkas di kawasan Jalan Pejaten, Jakarta, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, Musim hujan tiba, sebagian masyarakat Jakarta sudah mulai bersiap dengan agenda tahunan mereka, banjir. Air meluap di mana-mana seperti sudah menjadi hal yang biasa. Alhasil, jalanan menjadi kotor karena lumpur atau sampah yang meluap dari sungai.

Tentu saja, hal itu mengganggu pemandangan, apalagi kesehatan. Masyarakat pun harus bekerja bergotong royong demi membersihkan lingkungan di sekitar mereka tinggal.

Masyarakat tentu tidak hidup sendirian. Ketika mereka kesulitan, pihak-pihak pemerintah, mulai dari RT, RW, kelurahan, sampai Presiden akan ikut membantu mereka. Tidak hanya itu, kadang pihak swasta juga akan memberikan bantuan-bantuan seperti makanan atau obat-obatan.

Terkait permasalahan banjir, hal yang sering muncul adalah masalah kebersihan. Untuk mengatasi kebersihan, pihak Pemerintah telah memiliki satu divisi sendiri, yaitu Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau yang lebih dikenal sebagai Pasukan Oranye.

Petugas-petugas berseragam oranye ini memiliki banyak tugas terkait kebersihan, antara lain adalah menjaga kebersihan jalanan dari sampah, membersihkan pohon tumbang, sampai membantu warga dari banjir. Penanganan banjir yang belum lama ini dilakukan adalah pembuatan tanggul sementara di RT 03/RW 06 di Jatipadang.

Beberapa waktu lalu, ada keluhan masyarakat mengenai PPSU yang tidak segesit dulu. Kabarnya, PPSU sudah sulit ditemukan di jalanan Kota Jakarta. Hal ini pun dikaitkan dengan pemerintahan Gubernur DKI Jakarta yang baru, Anies Baswedan yang dirasa tidak tegas terkait PPSU.

Berbeda dengan pada era mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, PPSU terasa lebih berperan dalam menjaga kebersihan Jakarta. Namun, apakah benar demikian?

Hari Jumat (17/11), Republika mengunjungi daerah Jatipadang yang dikabarkan sempat terjadi banjir parah karena tanggul yang jebol. Terdapat empat rumah yang terkena air karena jebolnya tanggul sampai pintunya rusak.

Rumah tersebut adalah rumah kontrakan sehingga saat ini warga yang tinggal di lokasi sudah pindah mengungsi. Tanggulnya pun sudah diganti menggunakan tumpukan karung sebagai tanggul sementara. Saat ini, petugas dari Dinas Tata Air sedang memperbaiki tanggul tersebut.

Seorang warga RT 03 RW 06 Jatipadang, Ipah, mengungkapkan PPSU yang sigap membuat tanggul sementara sangat membantu. "Habis dibikin tanggul itu ya lumayan, nggak banjir," kata dia.

Selama ini, ia sering melihat PPSU datang ke lingkungannya untuk membersihkan kotoran akibat banjir. Ia mengaku PPSU selama ini aktif menjaga kebersihan di kampungnya setiap terjadi banjir besar. Masyarakat pun sangat terbantu dengan kehadiran PPSU, apalagi terkait pembuatan tanggul sementara beberapa waktu lalu.

Sedikit berjalan ke arah Jalan Raya Ragunan, pada siang hari di atas pukul 13.00 WIB terlihat petugas PPSU sedang membersihkan trotoar yang kotor akibat daun yang berguguran. Mereka masih segar karena baru saja beristirahat sholat Jumat.

Salah satu PPSU bernama Ade mengatakan, rekan-rekannya biasa bekerja dari pagi sampai sore. "Biasanya mulai kerja jam 07.00 WIB, terus kumpul lagi di kelurahan sekitar jam 15.00 WIB," kata Ade.

Petugas-petugas berseragam oranye tersebut disebar ke seluruh bagian kelurahan untuk membersihkan jalanan sehingga menjaga kenyamanan warga Jakarta, khususnya yang melalui wilayah Jatipadang. Setiap ada sampah sekecil apa pun mereka langsung menyapunya.

Ade pun membantah ketika dikatakan kinerja PPSU menurun. Ia mengaku selalu berusaha semaksimal mungkin ketika bertugas, misalnya ketika penanganan tanggul jebol.

"Waktu tanggul jebol itu, kita langsung bikin tanggul sementara. Itu kita berusaha semaksimal mungkin untuk bikin tanggul," kata Ade.

Ia juga mengungkapkan, selalu membantu warga membuang sampah. Kata dia, seringkali ada warga yang meminta tolong dibuangkan sampah, maka ia pun lekas membantu.

"Sering warga minta tolong buangin sampah, sampahnya dia, kita yang buang," tambah Ade.

Menurutnya, mungkin hanya segelintir orang saja yang menganggap kinerja PPSU menurun. Karena kenyataannya, ia dan rekan-rekan PPSU selalu berusaha melakukan tugas dengan baik.

Hal ini pun dikuatkan dengan pernyataan Anies beberapa waktu lalu di balai kota. Ia memastikan, semua hal terkait penanganan banjir akan berjalan lancar.

"Nanti kita lihat kita pastikan semuanya berjalan baik. Semua jalan terus seperti biasa," kata dia di Balai Kota, Selasa (14/11) lalu.

Bahkan, menurut Anies ia akan memberikan peringatan, tidak hanya pada satu petugas tetapi juga dua tingkat di atasnya. "Saya sampaikan kalau ada ketidakdisiplinan maka sampai dua jenjang di atasnya yang akan dapat peringatan," tegas Anies.

Anies juga mengatakan, ia akan menaikkan gaji PPSU mulai tahun depan. Menurut dia, gaji PPSU akan manjadi Rp 3,87 juta perbulan. Hal ini tentu saja disambut baik anggota PPSU.

"Ya bagus lah kalau begitu. Kami bersyukur," ungkap Ade.

PPSU memang bertanggung jawab akan kebersihan Kota Jakarta. Namun, bukan berarti warga Jakarta bisa membuang sampah sembarangan dan berharap dibersihkan oleh sang pasukan oranye. Terkait hal tersebut, Ade pun berharap masyarakat Jakarta bisa lebih peduli dengan kebersihan lingkungan.

"Harapannya supaya masyarakat Jakarta selalu menjaga kebersihan. Saling menjaga lah, karena menjaga kebersihan kan tanggung jawab bersama," kata Ade.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement