REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri masih mengedepankan langkah persuasif pada kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Upaya persuasif itu, dibantah Polri sebagai suatu bentuk rasa takut aparat pada KKB. "Bukan tidak berani, tapi kan harus dicari jalur terbaik yang tidak menimbulkan banyak korban," ujar Kadiv Humas Polri Insektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (14/11).
Setyo berdalih, Polri melakukan upaya persuasif agar tidak timbul korban dari warga sipil. Upaya negosiasi ini pun menurutnya masih akan terus dilakukan hingga ke batas waktu yang belum ditentukan. Hal ini kembali ia tegaskan untuk menghindari terjadinya korban dari warga sipil.
"Sebetulnya tidak ada tenggat waktu (negosiasi) yang harus dipastikan, karena dalam negosiasi itu tidak boleh ada batasan waktu, kita tetap mengharapkan penyelesaian sesegera mungkin," jelasnya.
Baca, KSAD Minta Pemerintah Segera Sikapi Penyanderaan di Papua.
Saat ini, Polri juga mengaku kesulitan mengirimkan akses bantuan pada warga maupun sebaliknya. Namun, indikasi penambahan personel di lapangan juga belum dilakukan. Setyo menilai, hal tersebut perlu melihat situasi dan perkembangan di lapangan. Polri pun belum berencana akan melakukan kontak senjata.
"Bukan tidak mampu tapi akan timbul korban, kalau memaksakan timbul korban," kata Setyo.
Saat ini, sekitar 1.300 warga sipil dari dua desa di distrik Tembagapura, Papua masih mengalami kesulitan akses keluar maupun masuk. Polri juga telah menetapkan 21 orang daftar pencarian orang (DPO) atau buron atas beberapa aksi teror yang dilakukan di wilayah Tembagapura Papua itu. Polisi masih melakukan pengejaran pada 21 nama tersebut.