Selasa 14 Nov 2017 06:55 WIB

Perajin Batik Probolinggo Mulai Kembangkan Kain Tenun

Pengrajin tenun gendong, Redjo Ginem Waluyo (90) menyelesaikan pembuatan selendang dengan peralatan tenun gendong di desa Sambirembe, Kalijambe, Sragen, Senin (6/3). Mbah Ginem merupakan satu-satunya pengrajin tenun gendong tradisional yang masih tersisa k
Foto: Mohamad Ayudha/Antara
Pengrajin tenun gendong, Redjo Ginem Waluyo (90) menyelesaikan pembuatan selendang dengan peralatan tenun gendong di desa Sambirembe, Kalijambe, Sragen, Senin (6/3). Mbah Ginem merupakan satu-satunya pengrajin tenun gendong tradisional yang masih tersisa k

REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Perajin batik di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mulai mengembangkan produk barunya yakni kain tenun batik. Kian ini merupakan karya seni dengan mengkolaborasikan seni tenun dan seni batik di dalamnya.

"Kain tenun sepertinya juga memiliki prospek bagus ke depannya dan selain itu, prosesnya yang kompleks juga sangat memungkinkan untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak," kata pemilik galeri batik, Dewi Rengganis Rusyami di Desa Jatiurip, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo, Selasa (14/11).

Berbagai pelatihan terkait dengan tenun batik diikutinya untuk mengetahui lebih detail terkait dengan cara pembuatan kain tenun yang bermotif batik tersebut. Bahkan Rusyami bersama satu karyawannya sempat magang selama beberapa hari untuk membuat tenun di Kota Kediri pada September 2017.

Melalui satu pelatihan ke pelatihan lainnya, akhirnya pemilik Dewi Rengganis itu semakin mantap dalam teknik tenun. Seiring pula dengan pesatnya produksi batik tulis miliknya, kemudian muncullah keinginan untuk mengolaborasi keduanya menjadi satu karya seni baru yang selama ini belum pernah ada di Kabupaten Probolinggo.

"Bahkan di Jawa Timur belum ada, menurut ibu Bupati Tantri, kain tenun batik sementara ini yang ada hanya di Jawa Tengah dan harganya masih mahal. Sehingga diharapkan ke depan akan memiliki pasar tersendiri dan bisa menjadi ikon baru di Kabupaten Probolinggo," tuturnya.

Perajin batik itu mendapatkan fasilitas pinjam pakai satu unit mesin tenun manual dari Pemkab Kabupaten Probolinggo yang diterimanya sejak Oktober 2017. Mesin tersebut sudah digunakan untuk memproduksi kain tenun dalam sebulan terakhir.

"Kami sudah mencobanya dan sangat memungkinkan untuk membuat narasi batik yang bagus di dalamnya. Ada dua jenis desain tenun untuk kolaborasi ini, yaitu dengan berjajar antara motif tenun dan batik, kemudian ada juga yang motif tenunnya hanya di tepi kanan dan kiri. Sedangkan yang di tengah khusus untuk desain batiknya, nanti tergantung selera konsumen seperti apa permintaannya," ujarnya.

Rusyami menuturkan kain tenun batik tersebut dibandrol dengan harga Rp 500 ribu karena prosesnya yang cukup panjang dan rumit dalam pembuatan kain tenun tersebut. Bahkan biaya produksi untuk kain tenunnya saja mencapai Rp 175 ribu dan dilanjutkan dengan proses pengerjaan motif batik yang juga memerlukan biaya yang tidak sedikit.

"Jika produk itu sudah benar-benar sesuai pakem yang tepat dan siap dipasarkan, maka dalam waktu dekat kami akan segera meluncurkannya. Kalau memungkinkan kami juga akan memproduksi katun semi sutra untuk melengkapi produk tenun batik itu," katanya.

Menurutnya, batik tulis Kabupaten Probolinggo sudah mulai eksis dengan berbekal prinsip "ATM" yakni amati, tiru dan modifikasi. Sehingga para perajin harus selalu bergerak inovatif untuk memodifikasi produk, agar ke depannya batik Kabupaten Probolinggo benar-benar memiliki ciri khas dan kualitas, serta kuantitas yang bagus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement