REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Provinsi Jawa Barat masih unggul sebagai daerah penghasil produk pangan dibandingkan daerah lain. Bahkan, Provinsi Jabar dinilai sukses mewujudkan kedaulatan pangan di daerahnya.
Demikian dikemukakan Aher, panggilan akrab Ahmad Heryawan, dalam Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-37 tingkat Provinsi Jabar di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, belum lama ini. Kegiatan peringatan tersebut menghadirkan kabupaten dan kota di Jabar dengan menyajikan produk unggulannya masing-masing.
Aher menyatakan, kondisi ketahanan pangan Provinsi Jabar cukup baik. ‘’Bukan hanya tersedia dan terjangkau, pangan dapat diproduksi sendiri sehingga tercipta kedaulatan pangan,’’ ujarnya disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Menurut Aher, Provinsi Jabar merupakan daerah paling subur di Indonesia. Selama ini, imbuh dia, tidak ada persoalan kerawanan pangan yang berarti di Provinsi Jabar. Kondisi itu ditopang oleh sejumlah keunggulan di bidang pangan, khususnya produksi beras terbesar.
Padahal, Provinsi Jabar memiliki areal luas tanam paling sedikit dibandingkan dengan Jatim dan Jateng. Saat ini, setiap kali musim panen, jumlah produksi beras Provinsi Jabar mencapai 900 ribu ton. ‘’Meski lebih sedikit (luas lahannya), namun produktivitasnya paling tinggi,’’ tambah Aher.
Begitupun dengan produk protein hewani, papar dia, Provinsi Jabar relatif unggul. Protein hewani yang diproduksi di Jabar, yakni unggas dan ikan. Keunggulan lainnya, lanjut dia, terjadi pada produk hortikultura. Tidak kurang dari 40 persen produk hortikultura nasional berasal dari Provinsi Jabar.
Khusus produksi teh nasional, ternyata 70 persennya dari Jabar. Begitu pun dengan kualitas kopi Jabar, tegas dia, merupakan terbaik di dunia.
Aher menjelaskan, di tengah keunggulan kualitas dan kuantitas pangan tersebut, tingkat konsumsi sayur dan buah-buahan warga Jabar belum maksimal. ‘’Kita masih kurang di kategori konsumsi sayur dan buah-buahan,’’ tutur dia.
Untuk itu, pihaknya gencar mengampanyekan pola pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). Jika diasumsikan pada sebuah piring, pola B2SA diwujudkan dalam bentuk nasi seperempat, lauk pauk seperempat, sayur seperempat, dan buah-buahan seperempat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jabar Dewi Sartika menambahkan, skor pola pangan harapan Jabar masih di posisi 84,3 dari angka ideal 100. Dari sembilan kategori, masyarakat Jabar masih terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat. Idealnya rasio konsumsi karbohidrat maksimal 50 persen, namun dalam kenyataannya masih mencapai 65 persen.
‘’Kita juga kurang konsumsi buah dan sayur, anak-anak relatif agak susah makan sayur dan buah. Skor buah dan sayur targetnya di posisi 30, kita bobotnya masih di 22,’’ ujar Dewi. Untuk mendorong konsumsi buah dan sayur, pihaknya mencoba menginternalisasi kepada anak-anak agar membiasakan makan sayur dan buah berbahan baku lokal.
Kata dia, orang tua anak harus diberi edukasi bahwa buah-buahan dan sayur penting karena bagian dari mikro nutrien, seperti vitamin. Terkait edukasi, kata Dewi, pendekatan gerakannya melalui kelompok-kelompok, seperti PKK, posyandu, dan PKH, juga program Limbas Serangan (Lingkungan Bebas Rawan Pangan), serta diversifikasi pangan berbahan baku lokal.
‘’Internalisasi anak-anak di sekolah, di mana banyak sekolah sehat yang memanfaatkan pekarangan untuk ditanami tanaman sayur dan obat,’’ tuturnya.