Jumat 10 Nov 2017 08:50 WIB

BPBD: Yogyakarta Miliki 12 Potensi Ancaman Bencana

Bencana alam (ilustrasi)
Foto: bpbd.kuningankab.go.id
Bencana alam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengingatkan masyarakat bahwa wilayah setempat memiliki 12 ancaman bencana alam. BPBD DIY pun meminta masyarakat siapsiaga menghadapi kemungkinan datangnya bencana alam.

"Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meliputi lima kabupaten/kota memiliki sejarah panjang kebencanaan dan secara geografis, geologis, serta hidrometeorologis memiliki karakteristik alam yang menyimpan 12 ancaman bencana," kata Sekretaris BPBD DIY Heru Suroso di Sleman, Jumat (10/11).

Menurutnya, salah satu upaya pengurangan risiko bencana yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk dapat mengenali, memahami, menyadari jenis ancaman bencana di sekitarnya.

"Dan yang terpenting adalah masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan meminimalkan risiko bencana," ujarnya.

Ia mengatakan dari 438 desa yang ada, 301 desa merupakan desa rawan bencana yang di antaranya terdapat di wilayah Kabupaten Sleman. "Masyarakat perlu dibekali dengan kemampuan mitigasi bencana sehingga akan meningkatkan ketangguhan masyarakat di dalam menanggulangi bencana dan bila sewaktu-waktu terjadi bencana telah siaga dengan mengerahkan segala potensi di lingkungan setempat," katanya.

Heru mengatakan masyarakat adalah penerima dampak langsung dari bencana sekaligus pelaku. "Oleh karena itu masyarakat perlu membuat mereka menjadi tangguh terhadap dampak bencana sehingga risiko korban jiwa, kerugian harta, dan lainnya bisa diperkecil dan dihindari," ucapnya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan paradigma penanggulangan bencana tidak lagi dititikberatkan pada penanganan kedaruratan. "Penanggulangan bencana lebih ditekankan pada upaya pengurangan risiko bencana, sehingga menuntut adanya kesiapsiagaan masyarakat," katanya.

Ia mengatakan mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Sleman. Oleh karena itu, pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini.

Menurut dia, mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. "Dalam setiap mitigasi bencana, dibutuhkan partisipasi dari semua pihak bukan hanya dari tim relawan namun juga seluruh komponen masyarakat dengan harapan kesiapsiagaan tersebut dapat bermanfaat dalam mengantisipasi jatuhnya korban jiwa," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement