REPUBLIKA.CO.ID, Untuk membuat produk keramik yang berkualitas, membutuhan waktu yang cukup panjang. Terlebih pada musim penghujan. Dengan tidak adanya mesin pemanas yang bisa mengeringkan lempung basah menjadi kering, mau tidak mau perajin harus bergantung pada panas matahari.
Tri Mulyantoro, warga Kecamatan Klampok Kabupaten Banjarnegara yang sudah menggeluti industri kerajinan keramik sejak tahun 1980-an, menyebutkan dalam kondisi cuaca cerah, dia hanya bisa melakukan pemanggangan bahan mentah keramik sebanyak dua kali dalam sebulan.
Menurutnya, dalam satu bulan dia membutuhkan bahan baku 1,2 ton bahan baku lempung putih. Lempung putih itu didatangkan dari Ajibarang Kabupaten Banyumas dengan harga Rp 800 ribu. "Dengan tanaga kerja sebanyak sekitar 20 orang, bahan baku sebanyak itulah yang kami olah kemudian kami panggang sebanyak dua kali dalam sebulan," jelasnya.
Dalam pembuatan kerajinan keramik, ada beberapa tahapan yang harus ditempuh. Langkah pertama, adalah membuat bentuk dasar yang akan dibuat. Dalam tahap ini, tanah lempung yang masih basah dibentuk menjadi berbagai bentuk kerajinan seperti teko, gelas kecil, kursi/meja, vas bunga, dan berbagai bentuk kerajinan lain.
Setelah produk mentah dibuat, maka produk tersebut harus dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3-5 hari tergantung kondisi cuaca. Setelah itu, setiap produk dihaluskan dengan menggunakan amplas.
Sebelum dilakukan pemanggangan, maka beberapa jenis produk dilakukan pewarnaan lebih dulu. Seperti teko dan gelas, dilakukan pewarnaan dengan warna merah tanah dengan cara dicelup ke cairan pewarna. "Bahan bakunya kan berupa lempung putih. Agar produk yang selesai dipanggang memiliki warga merah tanah, maka harus dilakukan pewarnaan," jelasnya.
Namun dia menenyebutkan, ada beberapa produk keramik yang tidak diberikan pewarnaaan, seperti produk kursi dan meja keramik. Hal ini karena produk tersebut akan dilukis dengan bahan baku cat keramik, setelah selesai dilakukan pemanggangan.
Setelah semua produk keramik mentah tersebut kering, baru dilakukan pemanggangan. Alat pemanggangan yang dimiliki kebanyakan perajin di Klampok, berbentuk tungku sederhana. Tungku pemanggangan dibuat berupa ruangan berukuran 2 meter kali 1,5 meter yang tertutup rapat, namun di bagian atasnya terdapat lubang udara sebagai pengatur suhu ruang tungku. Sedangkan bahan bakar yang digunakan, berupa gas elpiji.
"Proses pemanggangan berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari itu, api dari gas elpiji terus menyala, namun dengan derajat suhu pembakaran yang berbeda-beda," jelas Tri.
Setelah tiga hari dilakukan pembakaran, pintu tungku tidak boleh langsung dibuka. Namun harus menunggu proses pendinginan. "Proses pendinginan berlangsung 2-3 hari. Setelah itu, baru produk keramik bisa dikeluarkan dari tungku," jelasnya.