Senin 06 Nov 2017 00:15 WIB

LIPI: Ketahanan Pangan Naik tak Jamin Angka Malnutrisi Turun

Anak pengidap gizi buruk.
Foto: Antara/Novrian Arbi
Anak pengidap gizi buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan peningkatan ketahanan pangan di Indonesia belum diikuti dengan penurunan angka malnutrisi.

Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Esta Lestari mengatakan Indonesia mengalami perbaikan  berarti dalam  mencapai  ketahanan  pangan yang tercermin dari menurunnya wilayah dengan prioritas 1 dan 2 atau kategori rawan pangan. Namun belum  diikuti keberhasilan dari sisi akses dan konsumsi terutama asupan pangan. 

Perbaikan ketahanan pangan ini terutama dipengaruhi kebijakan pemerintah menjaga sisi ketersediaan. Namun demikian, keberhasilan perbaikan tersebut ternyata masih meninggalkan angka malnutrisi yang tinggi, terutama malnutrisi kronis yang justru cenderung meningkat.

Berdasarkan angka Badan Pusat Statistik (BPS) dan BKP tahun 2016, capaian penganekaragaman konsumsi seperti  yang ditunjukkan oleh Pola Pangan Harapan (PPH) yang diestimasikan pada skor 86,3, ternyata masih di bawah dari  yang  ditargetkan  sebesar  100.

Ketertinggalan capaian gizi ini, menurut dia, harus mendapatkan perhatian mengingat dimensi ini akan mempengaruhi kualitas SDM ke depan di mana anak-anak Indonesia saat ini menjadi bagian dari  bonus demografi antara 2020-2030.

"Artinya, produktivitas  tenaga  kerja  kita  akan  ditentukan  oleh  investasi  kesehatan  termasuk  melalui  kualitas asupan pangan saat ini," katanya, Jumat pekan lalu.

Esta melihat faktor  ekonomi, terutama  pendapatan  mempengaruhi  kualitas asupan.  Namun, bukan berarti meningkatnya kesejahteraan selalu diikuti asupan dengan gizi yang lebih baik karena faktor sosial budaya terutama gaya hidup dan perubahan peran dalam keluarga membentuk nilai, selera dan perilaku konsumsi pangan keluarga. 

Ia mengatakan asupan pangan akan menjadi salah satu input Membentuk modal manusia yang mempengaruhi kesehatan dan capaian pendidikan di masa depan. Oleh karena itu, menurut dia, perbaikan  pangan dan gizi harus bersinergi dengan bidang lain, terutama pendidikan dan  infrastruktur untuk meningkatkan efektivitas capaian yang lebih baik dari program-program kesehatan dan gizi yang telah dijalankan pemerintah.

Sinergi tersebut mencakup berbagai intervensi lintas sektoral melalui pembentukan perilaku konsumsi pangan sehat sejak  dini yang ditunjang sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan yang saling menunjang. Hal ini juga harus diikuti pengembangan sisi hulu, yaitu penyediaan pangan berkualitas yang terjangkau oleh masyarakat dan memenuhi kebutuhan segmentasi konsumen pangan di Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement