Sabtu 04 Nov 2017 07:11 WIB

Ondel-Ondel Jalanan, Sukma Kencana tak Lelah Susuri Ibu Kota

Rep: Farah Noersativa/ Red: Budi Raharjo
Ondel-Ondel Sukma Kencana
Foto:
Ondel-Ondel Irama Betawi

Seperti yang dikatakan Yuti, kelompok Ondel-Ondel penghibur di Jakarta terdiri dari banyak kelompok. Di kawasan Jalan Pejaten Raya, Jakarta Selatan, Republika juga menemui kelompok Ondel-Ondel jalanan lainnya.

Ditemui di sebuah halte di kawasan itu, Yudi (28) dan Yani (33), tampak sedang beristirahat. Bersama mereka, boneka Ondel-Ondel berdiri mematung. Sebuah gerobak yang berisikan pemutar musik juga tampak tak jauh dari mereka. Yudi dan Yani sedang duduk sambil ditemani gelas air mineral dingin, yang baru saja diteguk melepas dahaga.

Tak sesemangat Yuti yang ditemui di depan Stasiun Cikini, Yudi dan Yani tampak lesu malam itu. Katanya,

mereka telah beberapa kali melewati jalan Pejaten Raya namun masih sedikit hasil yang mereka dapatkan. “Baru dapat Rp 25 ribu,” ujar Yudi.

Pria yang bermukim di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat itu mengatakan, setiap hari ia bersama tiga orang temannya beraksi di jalanan Ibu Kota. Tidak tentu hanya di satu wilayah saja. Ia dan kelompoknya yang dinamakan “Irama Betawi” itu kadang beraksi di Jakarta Pusat. Lain hari mereka menyusuri jalan-jalan di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, bahkan Jakarta Barat. “Sudah dikoordinasikan sama tempat saya kerja,” kata dia.

Seperangkat Ondel-Ondel yang dimainkan bukanlah milik mereka. Mereka menyewa Ondel-Ondel dan pemutar musik di sebuah sanggar di Jalan Kembang Pacar, Pasar Gaplok, Jakarta Pusat. Biaya sewanya Rp 70 ribu per hari. Dengan beranggotakan empat orang, mereka mengaku masih bisa mengantongi hasil mengamen yang cukup.

Bapak beranak satu ini lalu menceritakan setiap harinya pada pukul 12 siang mereka bersiap-siap untuk berkeliling. Setelah itu, pukul 13.00 mereka mulai diantarkan oleh mobil ke titik-titik yang ditelah ditentukan. Ini sekaligus menjawab pertanyaan mengapa Ondel-Ondel jalanan biasa terlihat di sore hari. “Kita mulai pukul 15.30 untuk berkeliling menggunakan satu ondel-ondel dan satu gerobak pemutar musik,” kata dia.

Seperti halnya pengamen jalanan, Yani dan kelompok kadang harus kucing-kucingan menghindari razia yang dilakukan oleh petugas Dinas Sosial. Razia sering mereka temui. "Kalau tertangkap bisa disita dan baru sebulan dikembalikan (Ondel-Ondelnya),” katanya.

Kendati disamakan dengan pengamen jalanan oleh Dinas Sosial, Yani sebenarnya tak mau diperlakukan seperti itu. Selain mencari uang, ia juga bermaksud memperkenalkan dan melestarikan budaya asli Betawi kepada masyarakat. "Karena kita sudah tidak ada pekerjaan lagi, kalau tidak bekerja ya mengganggur,” ujar Ibu beranak empat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement