Sabtu 04 Nov 2017 07:11 WIB

Ondel-Ondel Jalanan, Sukma Kencana tak Lelah Susuri Ibu Kota

Rep: Farah Noersativa/ Red: Budi Raharjo
Ondel-Ondel Sukma Kencana
Foto: Farah Noersativa
Ondel-Ondel Sukma Kencana

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suara alunan gesekan senar tehyan, sebuah alat musik khas Betawi, petang itu kencang menggema di Jalan Cikini Raya, depan Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. Sekelompok remaja terlihat dari kejauhan.

Mereka membawa alat musik Betawi, seperti kendhang, gong, dan tehyan itu. Dengan penuh semangat,  mereka memainkannya sembari menyusuri jalan. Sepasang boneka raksasa khas budaya Betawi, yang dikenal masyarakat Ondel-Ondel, juga dimainkan oleh mereka.

Di antara mereka, ada seorang anak bertubuh lebih besar dari pada yang lain, membawa ember bekas cat di tangannya. Ia agak terlepas dari kelompoknya. Dengan ember cat itu, ia menyodorkannya ke masyarakat yang memperhatikan kedatangan mereka.

Masyarakat saat itu, ada yang langsung merogoh kantongnya untuk mengambil uang receh, ada juga yang menggelengkan kepalanya. Sesekali ada pula yang memberikan uang lembaran cokelat atau ungu dari dompetnya.

Masyarakat tampaknya telah memahami bahwa kelompok yang membawa boneka Ondel-Ondel itu adalah kelompok yang datang untuk “menghibur” masyarakat di jalan. Ada yang menyebut mereka adalah pengamen Ondel-Ondel, ada pula yang menyebut mereka kelompok Ondel-Ondel penghibur. Yuti (52), sang kepala kelompok itu lebih memilih sebutan yang kedua.

Setiap hari, Yuti dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok “Sukma Kencana” itu menyusuri jalanan di kawasan Menteng dan sekitarnya. Perlahan dan tanpa terasa, setiap hari jarak sepanjang 10 sampai 15 kilometer bisa mereka susuri. Kadang mereka beraksi di sekitaran jalan Cikini, Cisadane, Raden Saleh, dan Manggarai.

Biasanya, kelompok mereka terdiri atas 13 orang, persis saat petang itu mereka beraksi. Dari ke-13 orang itu, 11 orang masih berada di bawah usia 17 tahun. "Cuma saya dan dia yang punya KTP," ujar Yuti sambil menunjuk salah serang anak yang bertubuh paling bongsor.

Tak hanya itu, pria yang mengaku berasal dari Kebon Sirih, Jakarta Pusat ini mengakui, dirinya bersama kelompoknya adalah kelompok penghibur Ondel-Ondel yang masih asli. Maksudnya, mereka masih membawa alat musik khas budaya Betawi saat beraksi di jalanan. “Kami bawa tehyan, gong, kempul, dan keneng,” ujarnya. Ia tak menampik sering bertemu banyak ondel-ondel lain di jalan namun hanya bermodalkan lagu yang dimainkan di pemutar musik.

Pria yang saat ini bertempat tinggal di Kampung Rawa itu mengatakan, dari hasil kerja jalanan ini setiap hari bisa mendapatkan penghasilan maksimal Rp 500 ribu. Penghasilan itu didapatkan pada hari-hari yang memang ramai pelintas, seperti Sabtu dan Ahad. “Dari Rp 500 ribu itu, dibagi lagi untuk perawatan alat-alat Rp 120 ribu. Sisanya dibagi 13 orang,” ujarnya. Setiap Ahad, Sukma Kencana biasanya menghibur masyarakat di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Kelompok penghibur boneka yang terbuat dari bambu itu menyusuri jalanan Ibu Kota berkilometer mulai pukul empat sore hingga pukul dua belas malam setiap hari. Merasa sudah biasa, berjalan kaki sambil memikul seperangkat alat musik tadi, tak membuat mereka lelah.

Terlebih, tak sekadar menghibur masyarakat, mereka juga merasa memiliki misi melestarikan kesenian Ondel-Ondel. “Sudah lama kami melakukan ini, sudah turun-temurun selama tiga puluh tahun,” kata Yuti. “Jangan sampai lunturlah, budaya Betawi ini.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement