REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Majid atau Maulana Syekh merupakan ulama besar di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang sedang diperjuangkan agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Tak hanya itu, kakek dari Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi ini juga didengungkan menjadi nama bandara di Lombok, yang saat ini bernama Bandara Internasional Lombok.
Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik mengaku sudah mendengar sejumlah masukan agar Maulana Syekh menjadi nama bandara terbesar di NTB tersebut. Bahkan, kata Ahsanul, Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pahlawan Pusat (TP2GP) juga mendukung usulan tersebut.
"Soal penamaan bandara banyak pihak memang sudah mengeluarkan usulan, termasuk dari TP2GP sangat mendukung dan berharap nama bandara nantinya memakai nama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Pada prinsipnya Pak Gubernur NTB merespons itu semua," ujar Ahsanul kepada Republika di Mataram, NTB, Rabu (1/11).
Ahsanul menambahkan, pembahasan terkait usulan nama Maulana Syekh sebagai nama bandara akan dibahas khusus bersama sejumlah instansi terkait, seperti Dinas Perhubungan NTB dan juga PT Angkasa Pura I.
General Manager Bandara Internasional Lombok I Gusti Ngurah Ardita mengaku masih menunggu usulan Pemerintah Provinsi NTB terkait penamaan ini. Sejauh ini, kata Ardita, belum ada usulan kepada manajemen Bandara Internasional Lombok terkait penggunaan nama kakek dari Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi tersebut.
Ardita menambahkan proses penamaan bandara baru akan ditindaklanjuti begitu ada usulan dari pemerintah daerah, yang akan diteruskan ke direksi PT Angkasa Pura I. Nantinya, Angkasa Pura I akan mendalami usulan tersebut.
Ardita mengaku sudah mendengar kajian tentang sejarah Maulana Syekh. Hal itu tentu akan menjadi pertimbangan bagi direksi Angkasa Pura untuk penamaan bandara.
Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTB Johan Rosihan mengatakan penamaan Maulana Syekh sebagai nama bandara di Lombok merupakan gagasan yang baik. "Bagus juga, ada sejarah perjuangan di Gumi Sasak ini sebagai bagian perjuangan Indonesia sebagai bangsa," ujar Johan.
Johan mencontohkan dua bandara lain di NTB, yakni Bandara Sultan Muhammad Salahudin di Bima dan Bandara Sultan Muhammad Kaharuddin di Sumbawa yang lebih dahulu menggunakan nama tokoh. Kendati begitu, DPRD NTB belum mengadakan pembicaraan dengan Pemprov NTB maupun manajemen Bandara Internasional Lombok. Menurut Johan, biarkan hal ini berkembang sembari menunggu keputusan presiden terkait gelar pahlawan nasional kepada Maulana Syekh.
Ketua DPD PAN Sumbawa Burhanuddin Jafar Salam juga mengungkapkan hal yang sama. Anggota DPRD NTB ini mengambil contoh sejumlah bandara di Tanah Air yang menggunakan nama pahlawan, seperti Bandara Raden Haji Juanda Kartawijaya di Surabaya, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan Bandara Halim Perdanakusuma. Menurut Burhanudin, penamaan bandara dari nama pahlawan agar generasi penerus bisa mengingat jasa-jasa pahlawan.