Kamis 26 Oct 2017 00:34 WIB

Pasangan Ridwan Kamil-Uu Saling Melengkapi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Elba Damhuri
(dari kiri) Sekjen PPP Arsul Sani, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Ketua PPP Romahurmuziy, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dan Waketum PPP Arwani Thomafi mengangkat tangan pada acara deklarasi cagub dan cawagub Jabar di Kantor DPP PPP, Jakarta, Selasa (24/10).
Foto: Republika/Prayogi
(dari kiri) Sekjen PPP Arsul Sani, Walikota Bandung Ridwan Kamil, Ketua PPP Romahurmuziy, Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum dan Waketum PPP Arwani Thomafi mengangkat tangan pada acara deklarasi cagub dan cawagub Jabar di Kantor DPP PPP, Jakarta, Selasa (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar Politik dan Pemerintahan dari Universitas Padjajaran, Firman Manan, menilai pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum saling melengkapi. Ia beralasan kedua tokoh tersebut memiliki latar belakang yang berbeda sehingga akan memperluas segmentasi pemilih.

"Sosok Emil yang identik nasionalis akan dilengkapi oleh Uu yang memiliki latar belakang pesantren," ujar Firman saat dimintai komentarnya terkait pasangan tersebut, Rabu (25/10).

Bahkan, menurut Firman, latar belakang Uu ini akan mendongkrak elektabilitas Emil mengingat karakteristik masyarakat Jawa Barat yang agamis serta pemilih tradisional. "Pasangan itu harus menambah segmentasi pemilih. Kalau (latar belakangnya) sama, ya percuma. Pada pemilu 2018 itu penting," kata Firman.

Firman mencontohkan, kondisi serupa terjadi pada kemenangan Ahmad Heryawan pada dua Pilgub Jawa Barat merupakan bukti besarnya sosok agamis dalam meraih simpati pemilih. Uu sendiri dinilai sebagai sosok agamis karena latar belakang pesantren yang kental. Selain itu, basis pemilih Uu di Priangan timur terkenal dengan kultur agamisnya.

Sedangkan Emil, menurut Firman, sebagai sosok yang memiliki kepemimpinan yang kuat. Hal berbeda terlihat pada diri Uu yang mau diposisikan sebagai orang nomor dua.

"Pak Uu low profile, dari awal dia siap jadi wakil, tidak mengejar cagub. Kalau dipasangkan dengan Kang Emil, potensi konfliknya (pecah kongsi) kecil," katanya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat, Rachmat Syafei menilai wajar adanya keinginan dari masyarakat akan calon pemimpin yang berlatar belakang pesantren. Karena, mayoritas pemilih di Jawa Barat muslim.

"Saya rasa itu suatu kewajaran, meskipun bukan satu-satunya faktor," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement