Rabu 25 Oct 2017 23:25 WIB

Pakar ITB: Teluk Jakarta Butuh Restorasi Bukan Reklamasi

Foto udara pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta, Kamis (11/5).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Foto udara pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta, Kamis (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- Ahli oseanografi Institut Pertanian Bogor (IPB) Alan Frendy Koropitan menilai yang dibutuhkan Teluk Jakarta adalah restorasi, bukan reklamasi pulau agar perekonomian bisa tumbuh secara berkelanjutan. Menutunya jika wilayah Teluk Jakarta direstorasi maka bisa menumbuhkan roda ekonomi baru.

Menurut Alan, dalam diskusi tentang penyelesaian Reklamasi Teluk Jakarta di Thamrin School of Climate Change and Sustainability Jakarta, Rabu, kondisi Teluk Jakarta mirip dengan Chesapeake Bay, Maryland di AS, yang memiliki fasilitas pelabuhan dengan kondisi padat penduduk.

"Tapi mereka berhasil membangkitkan ekonomi baru setelah mereka merestorasi Chesapeake Bay. Ekonomi baru yang muncul luar biasa. Saya yakin tidak kalah dengan ekonominya reklamasi. Maka saya usulkan Teluk Jakarta ini solusinya bukan (melakukan) reklamasi, tapi restorasi," katanya.

Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB itu mengatakan wilayah Teluk Jakarta perlu dikembalikan fungsinya seperti sedia kala agar tumbuh roda perekonomian baru.

Bisnis perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pariwisata bisa hidup kembali dan memiliki nilai berkelanjutan jika wilayah Teluk Jakarta direstorasi. "Itu tidak akan secara ekonomi dengan (keuntungan) reklamasi," katanya.

Alan menegaskan reklamasi sedianya adalah mengembalikan lahan yang mengalami penurunan muka tanah menjadi daratan yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan.

Ia menjelaskan berdasarkan kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Lingkungan Hidup pada 2012 disebutkan bahwa keberadaan 17 pulau reklamasi akan menghambat kecepatan arus.

Kondisi demikian menyebabkan kemampuan teluk untuk mencuci material sekitar pesisir secara alami akan berkurang. Akibatnya, proses pengenceran sedimen, logam berat dan bahan organik akan semakin lama.

Kondisi tersebut akan menyebabkan peningkatan sedimentasi di pesisir dan muara sehingga berpotensi terjadi penyumbatan dan meningkatkan banjir di daratan. Selain itu, rendahnya kandungan oksigen di pesisir mengakibatkan aktivitas bakteri dalam menguraikan limbah organik menurun sehingga terjadi pembusukan dan meningkatnya kandungan logam berat karena perlambatan arus.

"Perlu kajian mendalam mengenai proyek ini. Memang ini kita sayangkan karena sudah terlanjur terjadi. Kalau hal ini bisa dipakai di Jakarta, ada 20 lokasi lain di Indonesia yang akan antre melakukan reklamasi. Ini preseden buruk, kalau di Jakarta bisa, maka tempat lain juga akan menganggap bisa melakukannya tanpa kajian dalam," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement