Senin 23 Oct 2017 16:45 WIB

Pengamat: Penolakan Panglima TNI ke AS itu Bentuk Pelecehan

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andi Nur Aminah
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penolakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat akan berangkat ke Amerika Serikat merupakan perlakuan yang tidak dapat diterima. Hal ini disampaikan Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran (Unpad) Teuku Rezasyah. Teuku menilai, Amerika telah melecehkan Indonesia dengan penolakan tersebut.

Dia menjelaskan, kalaupun ada penolakan seharusnya melalui surat resmi dari istitusi kenegaraan, terlebih panglima TNI merupakan tamu undangan. "Tidak last minute apalagi lewat maskapai, kan itu keterlaluan. Karena maskapai itu tidak ada urusan dengan semua itu," tegas Teuku Rezasyah di Jakarta, Senin (23/10).

Dia mengatakan, perlakuan tersebut mengindikasikan adanya niat untuk mempermalukan panglima militer. Penolakan itu, menurut dia juga harus disertai dengan alasan yang jelas ditambah tata cara yang benar serta bahasa yang santun.

Teuku mengatakan dunia saat ini hidup dalam era kesantunan diplomatif, sehingga perlakuan seperti itu sangat merendahkan panglima angkatan bersenjata terbesar di Asia Tenggara. Dia melanjutkan, Amerika seharusnya memahami hubungan diplomatik harus dijaga lantaran memiliki dimensi berlapis dan sudah dijaga sangat lama.

Dia mengatakan, hubungan bilateral kedua negara memang belum tentu terpengaruh karena memiliki lapisan yang banyak seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan hingga keamanan. Kendati demikian, dia menyarankan pemerintah Indonesia untuk sementara waktu tidak perlu datang atau meminta undangan dalam acara apapun di Amerika.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo sedianya akan menghadiri acara Chiefs of Defence conference on country violent Extremist organizations (VEOs) di Washington pada 23-24 Oktober. Gatot menjadi tamu undangan dari Panglima Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Joseph F Durford. "Batalnya keberangkatan membuat pekerjaan panglima TNI hari itu menjadi tidak produktif kan, yang sudah siap mau berangkat tiba-tiba batal tanpa alasan," katanya.

Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph Donovan pun menyampaikan permohonan maafnya atas penolakan tersebut. Kedutaan Besar AS siap memfasilitasi perjalanan Jenderal Gatot ke Amerika Serikat. Meski demikian, Teuku menilai hal itu akan menjadi percuma lantaran acara yang seharusnya dihadiri panglima tentu sudah rampung. Dia mengatakan, nantinya kedatangan panglima hanya akan menjadi formalitas saja. "Nah, jangan sampe nama kita digunakan untuk melegitimasi sebuah kegiatan," katanya.

Meskipun demikian, alasan penolakan Panglima masuk ke Negeri Paman Sam hingga kini masih belum jelas. Teuku mengatakan, Indonesia tidak perlu mengejar hal tersebut lantaran akan membuat kesan Indonesia sangat membutuhkan Amerika. "Kita tunggu saja mereka mencari alasannya, tapi karena ini asbun (asal bunyi) artinya mereka harus mencari bukti dan ujung-ujungnya akan ada pejabat yang dipersalahkan, jadi biar saja mereka yang kebaran jenggot," katanya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Staf Jenderal AS Joseph Dunford mengundang Panglima Jenderal TNI Angkatan Darat Gatot Nurmantyo untuk menghadiri Konferensi Pertahanan yang bertemakan "Countering Violent Extremism" yang diadakan pada 23-24 Oktober di Washington DC. Namun, Jenderal Gatot tidak dapat melakukan perjalanan sesuai rencana.

Gatot Nurmantyo ditolak masuk AS beberapa saat sebelum terbang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng. Pemberitahuan penolakan itu disampaikan maskapai Emirates atas permintaan otoritas keamanan dalam negeri AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement