Sabtu 21 Oct 2017 15:43 WIB

Menko PMK: Ketahanan Keluarga Kunci Mencegah Radikalisme

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Keluarga Bahagia
Foto: pixabay
Ilustrasi Keluarga Bahagia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga menjadi wahana pertama dan utama dalam pembangunan karakter bangsa. Pembentukan perilaku yang berbudi pekerti, memiliki semangat pantang menyerah, dan berjiwa gotong royong, dimulai dari keluarga sebagai bekal mencegah aksi radikalisme.

Hal itu dinyatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani dalam Festival Keluarga Maslahah dan Rakornas Lembaga LKK PBNU di Hotel Aryaduta Jakarta. Menurutnya, keluarga harus dapat menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh anggotanya untuk saling memberikan kasih sayang, memperhatikan, membina, dan membantu.

Keluarga perlu memiliki landasan yang memadai secara agama, sosial, budaya, dan ekonomi agar dapat optimal menjalankan perannya. Puan berharap pentingnya membangun keluarga untuk mencegah pemahaman radikal terhadap ajaran agama. Ketahanan keluarga bagaimanapun mampu mengikis radikalisme.

Menko PMK menghimbau kepada setiap orang tua Indonesia agar mau meluangkan waktu untuk anaknya. Meluangkan waktu bisa dilakukan dengan bercengkrama di ruang keluarga atau di meja makan sehingga keluarga akan bersifat dinamis.

Termasuk dengan melakukan bonding atau bersentuhan langsung dengan anak. Dengan begitu akan ada ikatan langsung antara orangtua dan anak, ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (21/10).

Meski begitu, kata dia, membangun keluarga merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Pemerintah misalnya telah menggelontorkan dana desa dan program kesejahteraan lainnya yang secara langsung akan mempengaruhi pembangunan ketahanan keluarga. Pemerintah melalui berbagai program perlindungan sosial terus memastikan bahwa keluarga-keluarga yang tidak mampu dapat memiliki kehidupan yang layak dan mendapatkan pelayanan pendidikan (KIP), pelayanan kesehatan (KIS), bantuan pangan (Rastra), pelayanan kesehatan ibu dan anak (PMT) serta pemberdayaan (PKH), agar dapat memiliki landasan yang memadai dalam menjalankan fungsi keluarga.

Menko PMK mengajak LKK PBNU untuk mengambil peran penting dan gotong royong dalam memperkuat pendidikan karakter berlandaskan Pancasila, baik itu melalui jalur formal (sekolah), non-formal (lembaga kursus), maupun informal (pendidikan keluarga, masyarakat, dan sebagainya) di lingkungan NU. Diakuinya dalam berbagai kesempatan, Presiden kerap memberikan quiz berhadiah sepeda yang pertanyaannya seringkali terkait Pancasila. Hal itu juga sering dilakukan Menko PMK dalam berbagai kesempatan. Dengan begitu dapat diketahui sejauhmana masyarakat mengerti, menghayati dan mengamalkan pancasila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement