REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejak beberapa bulan terakhir Putri Raja Keraton Surakarta Hadiningrat, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timoer Rumbai, tak lagi tinggal di keputren. Kompleks perumahan yang diperuntukan bagi putri-putri raja itu, kini tak berpenghuni.
"Sejak gegeran (ribut) keraton itu saya tak bisa lagi masuk ke Keputren, padahal ituhak saya, saya putri raja," tutur Timoer pada Rabu (19/10) sore.
Timoer mengatakan, dirinya sulit mengakses Keputren lantaran pintu gerbang masuk selalu digembok dan mendapat penjagaan. Menurut keterangan penjaga pintu Kaputren yang pernah ditemuinya, penggembokan pintu kaputren atas perintah ayahnya yakni Pakubuwana XIII.
Ia pun kemudian meminta abdi pribadinya untuk masuk dan tinggal di kaputren. Tujuannya, untuk menjaga barang-barang pribadinya serta membersihkan lingkungan kaputren.
"Kaputren sudah tidak ada kegiatan, tak ada lagi ritual tiap Senin-Kamis di sana, pintunya selalu dikunci, saya tak boleh masuk," tuturnya.
Puncaknya, Rabu (19/10) sore, abdi pribadi Gusti Timoer diusir paksa oleh sejumlah orang yang diketahuinya merupakan orang suruhan pamannya yakni Gusti PangeranHaryo Benowo. Orang-orang tersebut merangsak masuk ke dalam keputren dan mengusir abdi pribadi putri raja keraton.
Gusti Timoer pun kecewa dengan haltersebut. "Saya juga tak tahu mengapa mereka seperti itu, saya ini masih anakraja, dan saya masih (pejabat) bebadan Keraton karena belum mendapat suratketerangan pemberhentian," tuturnya.
Saat ini, dia dan abdi pribadinya itu menetap di kediaman GKR Wandasari Koes Moertiyah yang juga merupakan adik raja keraton Solo. Sementara itu Gusti Benowo hingga saat ini belum dapat dikonfirmasi terkait pengosongan Keputren.