Ahad 15 Oct 2017 21:29 WIB

Warga DKI Berharap Anies-Sandi Jaga Warisan Budaya Betawi

Rep: Sri Handayani/ Red: Andri Saubani
Sesi latihan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih
Foto: Republika/Prayogi
Sesi latihan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi) akan dilantik besok (16/10). Momentum ini menjadi titik harapan baru bagi sejumlah warga, terutama dalam pelestarian budaya Betawi yang mengakar di provinsi ini.

Ketum Komunitas Budaya Betawi Sikumbang Roni Adi berharap pasangan ini akan memberikan lebih banyak panggung bagi para seniman Betawi untuk menampilkan karya dan kemampuannya. Tanpa itu, mustahil budaya Betawi dapat berkembang dengan baik.

"Sebenarnya budaya Betawi itu kan salah satu budaya bangsa yang lain. Cuma karena Jakarta itu sebagai etalase Nusantara, Betawi menjadi tuan rumah. Sepantasnya Budaya Betawi mendapat panggung untuk dirayakan," kata dia kepada Republika, Ahad (15/10).

Ia menambahkan, selama ini beberapa panggung kebudayaan Jakarta justru diisi kesenian dari luar. Misalnya, Panggung Miss Tjitjih di Kemayoran justru menjadi ajang pentas bagi kesenian asal tanah Sunda. Ada pula Panggung Pertunjukan Wayang Orang Bharata yang diisi oleh seniman Jawa.

"Orang Betawi di mana? Padahal di sini ada (kesenian Betawi). Kita ingin ini dilestarikan," kata Roni.

Roni juga berharap pemerintahan Anies-Sandi akan dapat mengaplikasikan dengan baik Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Budaya Betawi. Misalnya, dengan mengadakan panggung budaya Betawi per bulan dan melibatkan seniman-seniman lokal.

Instansi-instansi pemerintah juga hendaknya mengenakan baju sadariah yang merupakan pakaian khas Betawi setiap sepekan sekali. Hotel-hotel di Jakarta perlu diatur agar memasang ikon budaya Betawi minimum sebulan sekali.

"Itu di Perda Budaya Betawi kan seperti itu. Ada amanat itu," kata dia.

Ia menambahkan, Pemprov DKI Jakarta dan birokrasi di bawahnya wajib mendorong agar Betawi menjadi tuan rumah kebudayaan di Jakarta. Para seniman perlu dirangkul untuk meningkatkan tensi dalam berkarya dan mengikuti ekspektasi pasar yang semakin berkembang, tanpa kehilangan idealisme mereka.

"Kami melihat perda pelestarian budaya Betawi ini seperti pedang janus. Bermata dua. Satu sisi bisa bermanfaat untuk orang Betawi. Satu sisi bisa membunuh juga kalau dia tidak siap," kata Roni.

Reklamasi juga menjadi titik kritik dalam pelestarian budaya, terutama bagi masyarakat pesisir. Seniman muda ini menganggap, jika reklamasi terus dilakukan, budaya Betawi yang berkembang di kalangan masyarakat pesisir.

"Misal cerita keramat kapal karam, itu kan cerita tentang Betawi pesisir. Kalau nelayan digusur, siapa yang akan melestarikan? Dengan reklamasi ditolak itu juga melestarikan budaya Betawi juga. Tidak hanya masalah dari panggung ke panggung," ujar Roni.

Menurut Roni, pengembangan kesenian sangat penting bagi masyarakat Jakarta di tengah kondisi yang makin keras. Kondisi lingkungan yang kian macet dan udara yang semakin tidak sehat dapat memengaruhi psikologis para warga. "Kalau tidak ada kegiatan mengolah rasa kesenian, masyarakat Jakarta akan tumbuh menjadi orang yang keras," ujar dia.

Seorang karyawati swasta di Jakarta Barat, Mega Lestari (18 tahun) menyampaikan harapan yang sama. Ia berharap Anies-Sandi dapat memberikan wadah kepada para seniman Betawi agar lebih dikenal. Dengan begitu, kebudayaan Betawi akan semakin lestari. "Jangan sampai mati kebudayaan ini. Bagus kalau ada pementasan seni di setiap wilayah. Mungkin kan ada yang mau nonton tapi jauh," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement