REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Sokarwo berpendapat, daerah yang dipimpinnya saat ini merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami banyak kemajuan serta rajin meraih prestasi di tingkat nasional. Menurut dia, berbagai capaian positif tersebut karena pembangunan yang dilakukan di Jatim berbasis spiritual.
"Strategi pembangunan tersebut semakin fokus dan digiatkan sejak 2009, di mana salah satu langkahnya adalah mengurangi kemaksiatan," kata pria yang akrab disapa Pakde Karwo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Kamis (12/10).
Pakde Karwo menjelaskan, sejak periode pertamanya sebagai gubernur Jatim, dia mengusung visi Jatim Makmur Berakhkak Mulia. Visi tersebut dilatarbelakangi pertemuannya dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan unsur perguruan tinggi di sebuah hotel di Surabaya.
Dalam pertemuan itu, Pakde Karwo mengatakan, para kiai menyampaikan, banyak sekali tempat lokalisasi di Jatim, tepatnya 47 lokalisasi dengan 7.215 Wanita Tuna Susila (WTS). Mengetahui fakta itu, Soekarwo bersama seluruh undangan yang hadir sepakat untuk mengurangi kemaksiatan dengan target menutup lokalisasi diseluruh Jatim.
“Mengapa mengurangi kemaksiatan? Karena jika kita bisa melakukannya, Allah SWT akan memberikan kemudahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan,” ujar Pakde Karwo.
Selain itu, pertemuan dengan para kiyai tersebut menghasilkan satu poin penting lainnya, yaitu membentuk Ikatan Dai Khusus Lokalisasi (IDEAL). Tugas IDEAL yakni menyadarkan para WTS agar kembali ke jalan yang lurus.
Saat itu, lokalisasi Bangunsari dan Bangunrejo dipilih sebagai tempat pertama untuk penugasan IDEAL. Seiring berjalannya waktu, Pakde Karwo mengisahkan, para bupati dan walikota se-Jatim turut mendukung program ini.
Progresnya pun luar biasa, satu persatu lokalisasi berhasil ditutup. Bahkan, lokalisasi terbesar di Jatim dan terkenal se-Asia Tenggara, yakni Dolly di Surabaya juga berhasil ditutup.
Pada 2016, lokalisasi terakhir di Mojokerto telah ditutup. Karen itu, menurut dia, kini Jatim sudah bersih dari tempat lokalisasi. “Bahkan di Blitar, WTS-nya me-wakafkan tanahnya kepada Nahdlatul Ulama untuk dibangunkan masjid. Di Tulungagung, tempat lokalisasinya diserahkan ke bupati untuk pendidikan PAUD,” kata Pakde Karwo.
Pakde Karwo melanjutkan, setelah bersih dari lokalisasi, situasi dan kondisi Jatim menjadi semakin aman, nyaman, dan kondusif. Imbasnya, pembangunan berjalan lancar, perekonomiannya tumbuh, serta masyarakatnya semakin sejahtera.
“Jadi ingat, konsep Jatim adalah makmur berakhlak mulia, basisnya adalah spiritual bukan semata kultur. Itulah kehebatan Jatim dibanding Korea, Jepang, Cina dan India,” ujar Pakde Karwo.
Berbagai kemajuan di Jatim, menurut Pakde Karwo, merupakan bukti provinsi ini sudah berada di jalan yang benar alias on the right track guna mewujudkan cita-cita makmur berakhlak mulia. “Ibaratnya, jatim adalah kapal yang bergerak menuju pelabuhan, yakinlah kapal ini akan sampai ke pelabuhan. Yakni makmur berakhlak mulia,” kata Pakde Karwo.