Rabu 11 Oct 2017 14:16 WIB

Bocah Ini Buang Air Besar Lewat Perut Lebih dari Tiga Tahun

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Endro Yuwanto
Selama 3,6 tahun bocah berusia 6,5 tahun harus buang air besar lewat perut. PPNI Lampung mengunjungi keluarga bocah di Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Foto: Foto dok PPNI
Selama 3,6 tahun bocah berusia 6,5 tahun harus buang air besar lewat perut. PPNI Lampung mengunjungi keluarga bocah di Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Revando Wira Alwinata, bocah berumur 6,5 tahun, harus menjalani nasib berbeda dengan bocah normal seusianya. Selama tiga setengah tahun lamanya, ia menderita tidak bisa buang air besar (BAB) melalui anusnya, akan tetapi terpaksa lewat perutnya.

Anak pasangan Setia Budi dan Sunarmi, warga Gading Rejo Timur, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pringsewu, Lampung tersebut harus menjalani aktivitas sehari-hari di rumah. Saat diperiksa dokter, Revando terkena penyakit jantung bocor.

Bocah kelahiran 22 Maret 2011 tersebut awalnya pernah mengeluh sulit BAB tahun 2013. Menurut Setia Budi, setelah terus mengeluh akhirnya ia membawa anaknya ke Rumah Sakit Mitra Husada. Namun, dokter setempat tidak menemukan keanehan pada tubuhnya. Pihak dokter rumah sakit hanya menyatakan bocah tersebut terdiagnosa kembung.

Keluhan bocah tersebut masih berlangsung. Tidak ada perubahan, akhirnya orang tua membawanya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek Lampung pada 11 November 2013. Hasil diagnosa dokter RSUD Abdul Moeloek, harus dilakukan kolostomi dan direncanakan operasi pada dua atau empat bulan setelahnya.

Tetapi kondisi Revando terus menurun. Trombosit bocah tersebut sudah di bawah normal. Ujung jari-jarinya mulai membiru. Hingga direncanakan pemeriksaan ECO jantung, tetapi setiap akan dilakukan pemeriksaan orang tua Revando tidak kooperatif dan pemeriksaan tertunda hingga tiga tahun (2016).

Namun, pada tahun 2016 berhasil dilakukan ECO jantung. Hasilnya VSD dan disarankan untuk dirujuk ke Jakarta, karena RSUD Abdul Moeloek Lampung tidak sanggup. Dan sejak saat itu keluarga menjadi takut untuk berobat secara medis.

"Karena takut untuk ke Jakarta, dan tidak ada biaya," kata Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Lampung Dedi Aprizal kepada Republika,co.id seusai menjenguk bocah tersebut, Rabu (11/10).

Menurut Dedi, keluarga bocah tersebut selama tiga setengah tahun hanya mengobati anaknya dengan pengobatan alternatif, dan untuk BAB tetap harus dikeluarkan melalui perutnya, karena alat kelamin dan anusnya sudah tidak berfungsi lagi.

Tim dari PPNI Peduli telah menjenguk keluarga bocah tersebut. "Keluarga bersedia untuk dirujuk ke Jakarta, tapi terkendala kondisi ekonomi dan tidak ada yang mendampingi selama di sana," kata Dedi.

DPW PPNI akhirnya memberikan bantuan dan penjelasan mengenai kesehatan sang anak, agar orang tuanya dapat memahami kondisi sebenarnya. Dedi mengatakan, DPW PPNI akan mencoba membantu memfasilitasi kebutuhan perawatan dan penanganan lebih lanjut. "Kami juga berharap ada pihak lain yang bisa membantu meringankan beban keluarga bocah tersebut," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement