Selasa 03 Oct 2017 13:58 WIB
Tak Puas Upaya Pemberantasan Obat Ilegal Bareskrim

Jokowi ke Ari: Gimana Kita Gebuk Ramai-Ramai, Pak?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Agus Yulianto
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat Pencanangan Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat di Lapangan Buperta Cibubur, Jakarta, Selasa (3/10).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat Pencanangan Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal dan Penyalahgunaan Obat di Lapangan Buperta Cibubur, Jakarta, Selasa (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, peredaran dan penyalahgunaan obat ilegal tak bisa disepelekan dan dianggap enteng. Sebab, peredaran dan penyalahgunaanya sudah sangat berbahaya bagi generasi muda.

Saat menghadiri acara Pencanangan Aksi Nasional Pemberantasan Obat Ilegal danPenyalahgunaan Obat di Lapangan Utama Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Jokowi pun meminta Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes PolriKomjen Ari Dono Sukmanto untuk menjelaskan upaya aparat hukum dalam pemberantasan obat ilegal dan narkotika.

"Apa sih, Pak Kabareskrim kerja sama yang sudah dilakukan dengan BPOM dari Polri? Kejamnya kayak apa sih Kabareskrim ngurusin ini?," tanya Jokowi kepada Kabareskrim, di Lapangan Bumi PerkemahanCibubur, Jakarta Timur, Selasa (3/10).

Mendengar pertanyaan itu, Kabareskrim Ari pun menjelaskan, kegiatan preventif peredaran obat ilegal yang dilakukan. Di antaranya yakni memberikan penyuluhan bahaya narkoba di sekolah dan berbagai tempat lainnya.

Namun, Presiden Jokowi tampaknya masih belum puas mendengar jawaban itu. Menurut dia, kegiatan penyuluhan merupakan rutinitas yang selalu dilakukan selama bertahun-tahun. Presiden pun kemudian meminta jawaban yang lebih tegas dari Kabareskrim.

"Ya saya kira penyuluhan disekolah-sekolah diperlukan, penting, tapi itu rutinitas yang sudah kita lakukan bertahun-tahun. Yang sekarang kejamnya apanya?," tanya Presiden kembali.

Kemudian, Ari mengatakan, aparat juga melakukan razia terhadap apotek resmi maupun toko obat lainnya yang menjual obat-obatan yang masuk dalam daftar G atau berbahaya dan hanya diberikan dengan resep dokter.

Salah satu penindakan yang telah dilakukan aparat yakni penggebrekan obat-obatan di sebuah pabrik di Tangerang, termasuk penindakan terhadap peredaran obat PCC di Kendari yang belakangan ini menelan banyak korban. Jika terbukti bersalah, kata Ari, maka penjual pun dapat dipenjara.

Namun, lagi-lagi Presiden masih tak puasdengan penjelasan Kabareskrim Ari. Saking jengkelnya terhadap peredaran obat ilegal dan narkoba saat ini, Jokowi bahkan mengusulkan untuk menggebuk ramai pengedar dan pengguna obat ilegal dan narkoba.

"Enggak perlu tuh digebukin ramai-ramai? Kadang-kadang jengkel saya dengan yang gini-gini. Entah narkoba, entah obat ilegal, karena apa? Anak-anak kita yang terkena. Masa depan kita yang terancam. Gimana pak? Gimana kita gebukin ramai-ramai gimana?," usul Jokowi kepada Ari.

Ari pun menjawab, tindakan main hakim sendiri juga tidak dapat dilakukan. Menurut dia, sekolah sangat berperan penting untuk mengawasi anak-anak dalam menggunakan obat ilegal dan narkoba. Selain itu, sekolah juga merupakan tempat untuk memberikan pembinaan karakter bagi generasi muda.

"Terima kasih Pak Kabareskrim. Saya tadi sudah nunggu Pak Kabareskrim, saya injek Pak gitu. Itu yang saya tunggu, besok saya injek semua ini. Semua yang berkaitan dengan obat ilegal, yang berkaitan dengan narkoba," kata Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement