REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Ketiga Republik Indonesia, B.J. Habibie menegaskan jika proyek pesawat R80 tidak tercapai, maka hal tersebut merupakan tanda matinya sejarah industri penerbangan Indonesia. Hal tersebut dijelaskan saat penerimaan penggalangan dana dengan Kitabisa.com.
"Kalau R80 tidak mengudara, maka saat itu sejarah dirgantara di Indonesia berakhir," ujar dia di kediamannya di Wisma Habibie & Ainun di jalan Patra Kuningan XIII, Kamis (28/9)
Habibie memaparkan, proyek R80 yang dibuat oleh PT. Regio Aviasi Industri (RAI) merupakan proyek untuk mempertahankan regenerasi ilmuwan-ilmuwan pesawat terbang di Indonesia. Habibie menjelaskan, pembuatan pesawat tersebut bukan soal cost atau bisnis. "Ini untuk kalian, cucu-cucu saya," ujar dia.
Oleh sebab itu, Habibie berpesan agar masyarakat Indonesia bisa mendukung terciptanya sebuah pesawat berteknologi tinggi yang dinamakan R80. Habibie menjelaskan, R80 merupakan pesawat yang memiliki kelebihan yang luar biasa dibadingkan pesawat lainnya untuk bidang penerbangan komersil jangka pendek dan menengah.
R80, lanjut dia, merupakan pesawat dengan teknologi Turboproop yang bisa memberikan efisensi bahan bakar dan memiliki tenaga lebih baik ketimbang pesawat lain di kelasnya. "ini bukan untuk siapa saya, tapi untuk rakyat sendiri untuk masa depan kita," ujar dia mengakhiri.