Kamis 28 Sep 2017 14:12 WIB

Menghidupkan Kembali Tradisi Ronda Malam

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Dwi Murdaningsih
Aktivitas ronda malam di RT 06/08 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok
Foto:
Aktivitas ronda malam di RT 06/08 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok.

Aktivitas ronda malam sebenarnya sudah ada sejak lama. Tradisi yang sekarang akrab dengan sebutan sistem keamanan keliling (siskamling) dilakukan secara bergilir oleh warga di suatu pemukiman. Sebab, dulu belum ada pekerjaan seperti satpam atau hansip yang bersedia menjaga keamanan. Hal tersebut membuat warga harus bergotong-royong menjaga wilayahnya.

Dalam perjalanannya, ronda malam buka hanya sekedar aktivitas untuk berjaga dari hal-hal yang mencurigkan. Poin positif lain yang didapat dari aktivitas ini adalah silaturahmi antarwarga yang mungkin sangat jarang bertatap muka ketika siang hari karena bekerja.

Manfaat itulah yang dirasakan Wisan. Dia menuturkan, sebelum adanya ronda malam warga sangat sulit berkumpul kecuali ada acara tertentu. Adanya kegiatan ini membuat warga bisa mengenal satu sama lain. Mulai dari pekerjaan, asal-muasal, hingga aktivitas warga diluar pekerjaan. Ronda malam pun memungkinkan warga untuk mengontrol warga lain yang bisa jadi mencurigakan. Karena informasi yang ada di sekitar pemukiman akan terus bergulir dengan adanya ronda malam.

"Kita jadi tahu muka, tahu siapa yang tinggal di daerah ini. Ronda malam ya jadi ajang silaturahim kita," ujarnya.

Perkembangan gawai dan media sosial pun dimanfaatkan betul oleh warga untuk mengingatkan jadwal ronda. Ketika ada yang tidak bisa hadir, maka warga tersebut harus mengganti di hari berikutnya. Di akhir bulan akan ada evaluasi dari ketua RT siapa saja yang ronda atau tidak. Meski tak ada sanksi administrasi atau hukuman lain, tapi sanksi sosial dari warga sekitar sudah cukup memberikan tamparan bagi warga yang tak aktif menjaga wilayah pemukimannya sendiri.

Sosiolog Rahesli Humsono menuturkan, kegiatan ronda malam saat ini memang mulai dihidupkan kembali oleh masyarakat khususnya yang tinggal di kota-kota besar. Ronda dijadikan sebuah media bagi masyarakat khususnya warga baru dalam sebuah kawasan untuk saling mengenal satu sama lain. Kedekatan dalam ronda malam kerap membuat suasana lingkungan rumah lebih hangat.

Menurut dosen Universitas Sebelas Maret ini, fokus ronda malam dalam menjaga keamanan lingkungan rumah juga bisa meminimalisir perkembangan paham radikalisme atau terorisme yang kian hari kian meluas. Walau bukan fungsi utama ronda, tapi kegiatan ini bisa membuat warga saling bertukar pikiran tentang hal positif dan menangkis isu serta paham negatif termasuk radikalisme.

"Masyarakat yang tinggal di suatau daerah sekarang sangat heterogen. Dengan adanya kegiatan ronda malam maka bisa ada keterbukaan di antara warga yang tinggal di lingkungan tersebut. Ini sangat baik," kata Rahesli.

Keterbukaan tersebut pun dengan kata lain bisa menjadikan warga lebih 'waspada' atas situasi kondisi lingkungan dan orang yang menetap di sana. Keterlibatan pemuda dalam ronda malam juga bisa menjadi cara agar sisi negatif dalam penyebaran informasi lebih terkontrol. Sebab, pemuda sekarang lebih paham dan mampu memilah mana informasi yang tepat atau sekedar memprovokosi.

Pengamat terorisme dari Institute For Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menjelaskan, pos ronda atau ronda malam sebernanya bukan hanya dimanfaatkan untuk menjaga keamanan lingkungan. Ronda malam lebih jauh bisa dijadikan titik kumpul warga dalam membuat kegiatan lain seperti kerja bakti atau arisan warga.

Fahmi menilai kegiatan seperti ini juga mampu mendekatkan warga yang selama ini tertutup dari lingkungan. Ketua RT/RW diharap bisa merangkul masyarakat dalam kegiatan ini sehingga mampu bersosialisasi dengan warga lain.

"Pusat aktivitas ini bisa menjaga keharmonisan lingkungan dan membahas hal-hal lain. Bahasanya menjadi guyub rukun," kata Fahmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement