Rabu 27 Sep 2017 17:23 WIB

Pengungsi Sambut Tawaran Numpang Sekolah di Lombok

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Guru mendata sejumlah anak pengungsi Gunung Agung di SMPN 3 Semarapura, Klungkung, Bali, Senin (25/9).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Guru mendata sejumlah anak pengungsi Gunung Agung di SMPN 3 Semarapura, Klungkung, Bali, Senin (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sejumlah pengungsi dari Bali di Nusa Tenggara Barat (NTB) menyambut gembira tawaran Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB yang memberikan kesempatan para pengungsi berusia pelajar dari berbagai jenjang pendidikan untuk menumpang sekolah sementara di NTB.

Warga Karanglangko, Karangasem, Bali, Arjan, senang dengan tawaran ini. Arjan yang sudah berada di Lombok sejak Senin (25/9), sengaja membawa istri dan empat anaknya mengungsi ke Lombok menyusul peningkatan status Gunung Agung menjadi awas. Dari empat anaknya, tiga di antara berstatus pelajar, dengan rincian satu anak di MTs dan dua lainnya di Mi, sedangkan satu anak lainnya belum bersekolah.

"Kalau bisa mau saya sekolahkan dulu sementara di sini (Lombok)," kata Arjan, Rabu (27/9).

Selama di Lombok, Arjan bersama keluarga menumpang di rumah saudaranya di Perumahan BTN Pemda Lombok Barat. Arjan menuturkan, kediamannya di Karangasem masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) yang ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, Arjan memilih mengungsi sementara ke Lombok. Arjan sendiri terus mengikuti perkembangan terkini mengenai kondisi Gunung Agung.

"Saya mau balik (ke Bali), tapi kan masih (status) awas. Tergantung situasi di Karangasem, kalau sudah aman baru balik," ungkap Arjan.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membuka pintu para pengungsi dari Bali untuk sekolah sementara di sekolah-sekolah yang ada di NTB.

"Ndak ada masalah, kalau misalnya ada pengungsi usia sekolah, dia bebas mau ikut sekolah di mana, tinggal dia ditumpangkan dan itu kita fasilitasi. Intinya NTB siap terima siswa pengungsi," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB Suruji.

Suruji menjelaskan, dalam kondisi darurat seperti ini, kegiatan belajar mengajar tetap harus berjalan, meski sifatnya sementara hingga kondisi di Bali kembali normal. Suruji melanjutkan, para pengungsi yang berusia pelajar bisa bersekolah di sekolah-sekolah tempatnya mengungsi, semisal Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, maupun Lombok Utara. Menurut Suruji, dalam kondisi kebencanaan, terdapat sedikit kelonggaran bagi para guru PNS yang terdampak untuk tidak menjalankan tugas.

"Sebagai PNS kan dia tidak harus melaksanakan tugas. Tapi, kalau siswa tidak boleh dia tidak belajar," lanjut Suruji.

Gelombang kedatangan para pengungsi dari Bali ke Lombok terus terjadi dalam beberapa hari terakhir. Diperkirakan jumlah pengungsi yang ke Lombok mencapai ratusan orang. Dari jumlah ini, tidak sedikit yang masih berstatus pelajar. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB Muhammad Rum mengatakan, jumlah kedatangan pengungsi yang terdata dalam pos pemantau pengungsi di Pelabuhan Lembar mengalami peningkatan.

"Data kemarin, Selasa (26/7), (pengungsi) ke Lombok melalui Lembar tercatat 37 KK (kepala keluarga) dengan 140 jiwa, untuk hari ini, Rabu (27/9), tercatat sebanyak 40 KK dengan 142 jiwa," kata Rum.

 

Advertisement
Berita Lainnya