REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Desa wisata di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, didorong untuk menyelenggarakan atraksi seni dan budaya agar bisa dipromosikan kepada masyarakat.
"Setidaknya, ketika semua desa wisata di Kudus memiliki jadwal atraksi wisata tahunan, kegiatan tersebut bisa dimasukkan ke dalam kalender tahunan Kabupaten Kudus," kata Pembina Asosiasi Desa Wisata Kudus Mutrikah di Kudus, Selasa (26/9).
Melalui atraksi seni dan budaya maupun kuliner, kata dia, potensi yang ada di desa setempat juga bisa ikut dipromosikan kepada masyarakat. Ia menyebutkan beberapa desa di Kudus yang menyandang status desa rintisan wisata memang sudah menyelenggarakan atraksi seni dan budaya, di antaranya, Desa Kaliputu, Desa Kaliwungu, Wonosoco, Loram Kulon, Jepang, Rahtawu, Colo, Terban, Kandangmas, dan Margorejo.
Atraksi seni dan budaya yang ditampilkan oleh masing-masing desa tersebut, kata dia, berbeda-beda karena disesuaikan dengan tradisi masyarakatnya. Desa Kaliputu sebagai sentra produksi jenang, misalnya, tetap bisa dibuatkan atraksi desa wisata dengan menampilkan kirab tebokan.
Sementara itu, Desa Loram Kulon yang memiliki tradisi manten muter gapura masjid wali juga mampu menampilkan atraksi budaya lokal sehingga setiap pelaksanaan atraksi budaya selalu dipadati pengunjung.
Untuk mendorong setiap desa menampilkan atraksi budaya, kata dia, memang dibutuhkan dukungan semua pihak karena untuk menampilkan atraksi budaya memang dibutuhkan kreativitas dan biaya.
Jumlah desa rintisan wisata di Kabupaten Kudus saat ini tercatat ada 19 desa rintisan wisata, di antaranya, Desa Wonosoco dan Wates, (Kecamatan Undaan), Padurenan, Jurang dan Rahtawu (Kecamatan Gebog).
Selanjutnya, Jepang dan Temulus (Mejobo), Loram Kulon (Kecamatan Jati), Tanjungrejo, Terban, dan Hadipolo (Kecamatan Jekulo), Kaliwungu (Kecamatan Kaliwungu), Kandangmas (Kecamatan Bae), Colo, Kuwukan, Dukuh Waringin dan Margorejo (Kecamatan Dawe), Kaliputu dan Kauman (Kecamatan Kota).