REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan kabar yang selama ini beredar mengenai impor gas alam cair (LNG). Ia menegaskan, Indonesia sama sekali tidak melakukan jual beli LNG dari Singapura.
"Menyangkut LNG yang selama ini berkembang informasinya, kontraknya itu bukan kontrak jual beli gas. Nggak ada itu yang namanya urusan jual beli gas," kata Luhut di Kemeko Kemaritiman, Rabu (13/9).
Luhut menjelaskan, sama sekali tidak ada impor, namun ada rencana kemungkinan pertukaran atau swap antara LNG Singapura dan Indonesia. Menurut dia, saat ini Singapura memiliki infrastrukur mini yang bisa membawa LNG ke power plan kecil.
Semenjak rencana itu muncul, kata Luhut, pertimbangan sudah dilakukan bagaimana melihat infrastruktur yang dimiliki Singapura untuk pertukaran LNG. "Ada sembilan, tapi kami baru lihat tiga. Sedangkan gasnya, gas kita sendiri," ujar Luhut.
Meskipun begitu, Luhut memastikan, rencana pertukaran LNG tersebut masih menjadi kajian. Untuk itu, menurut dia, pertukaran LNG belum menjadi hal yang pasti akan dilakukan Indonesia.
Walau masih dalam kajian, Luhut menuturkan, sudah ada penghitungan jika pertukaran gas akan dilakukan dengan Singapura. "Sudah dihitung juga biaya transportasi untuk mengangkut sumber gas ke pembangkit yang memerlukan," ujar dia.
Dalam kajiannya, Luhut berpendapat jika Indonesia mengambil gas dari Indonesia Timur, pengeluaran akan bertambah. Selain alasan tersebut, pertimbangan melakukan pertukaran dari Singapura karena Indonesia menginginkan ada jalinan bisnis dalam rangka 50 tahun kerja sama dengan negara singa tersebut.
Tapi, lanjut Luhut, bukan berarti alasan tersebut menjadi satu-satunya hal yang menyimpulkan Indonesia akan melakukan pertukaran gas dengan Singapura. "Ya tapi kalau tidak efisien, ya kita tidak jadi," jelas dia.