Ahad 10 Sep 2017 17:51 WIB

Purbalingga Siap Gelar Festival Gunung Slamet

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Gunung Slamet
Foto: friendslookup.com
Gunung Slamet

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Untuk kali ketiga, Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, akan menggelar Festival Gunung Slamet (FGS). Festival dipusatkan di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Kamis – Sabtu, (21/9 - 23/9) mendatang dengan menggelar berbagai acara budaya.

''Festival akan diawali dengan prosesi pengambilan air di sumber mata air Sikopyah, Dusun Kaliurip, Desa Serang. Prosesi ini sebagai gambaran jika kehidupan warga tidak terlepas dari air kehidupan yang berasal dari mata air di bawah kaki Gunung Slamet,'' jelas Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Sri Kuncoro, Sabtu (9/9).

Dikatakan, festival yang sudah diselenggarkan dua kali sebelumnya telah mampu mengangkat citra pariwisata Purbalingga, khususnya di wisata di Desa Wisata Serang. Setelah FGS I digelar pada 2015, ujarnya, kunjungan wisatawan ke Desa Serang naik hingga 400 persen.

Begitu pula saat FGS ke-II 2016 silam, kunjungan wisata ke Purbalingga khususnya Desa Wisata Serang semakin meningkat. "Hal ini tentu memberikan dampak ekonomi bagi warga masyarakat dan tentunya mengangkat citra Purbalingga sebagai Kabupaten Wisata,'' jelasnya.

Sri Kuncoro menambahkan, prosesi pengambilan air Si Kopyah akan diikuti ratusan warga desa setempat yang mengenakan pakaian traisional. Mereka yang terdiri dari para ibu-ibu, remaja putri, dan para pemuda, akan membawa air itu dengan menggunakan lodhong (tempat air dari bambu).

''Setelah air diambil, mereka akan turun menuju mesjid  selanjutnya menuju balai desa Serang. Air dalam lodhong itu disemayamkan hingga Sabtu (23/9) untuk dibawa ke kawasan wisata Lembah Asri yang juga berada di desa tersebut. Jarak dari titik pemberangkatan menuju balai desa mencapai tiga kilometer,'' katanya.

Sementara pada hari kedua, festival akan diisi dengan acara perang buah tomat di rest area Lembah Asri Serang, dan berbagai pertunjukkan kesenian. Pada siang hari akan diisi  pentas seni kuda lumping, dan malam harinya digelar pertunjukkan musik akustik yang menghadirkan artis ibu kota.

''Khusus perang buah tomat, kami harapkan bisa menjadi tontonan unik wisatawan dalam rangkaian Festival Gunung Slamet (FGS) III. Tontonan ini mirip yang digelar di sebuah kota kecil di Bunoi, Spanyol,'' jelasnya.

Menurutnya, ada tiga kuintal tomat yang disiapkan untuk perang tomat tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement