Kamis 07 Sep 2017 17:28 WIB

Kapolri Jelaskan Soal Demokrasi di Konferensi Internasional

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian
Foto: Republika/Prayogi
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan fenomena demokrasi dan globalisasi di dunia pasca perang dingin saat menjadi pembicara di acara The 3rd International Conference on Contemporary Social and Political Affair (ICoCSPA).

"Topiknya sangat bagus mengenai pembangunan dan keamanan di negara dan masyarakat yang memiliki risiko. Saya menjelaskan bagaimana dampak pasca-perang dingin," kata Tito dalam acara yang digelar FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Kamis (7/9).

Menurut Tito, munculnya dua fenomena demokratisasi dan globalisasi yang telah menyebabkan dampak positif dan negatif hubungan antarnegara menjadi sangat keras dan anarki. Hal itu mengakibatkan dampak positif dan negatif, dampak positifnya seperti perlindungan HAM yang semakin kuat dan hubungan antarnegara semakin efektif dengan sistem semakin baik.

Kemudian, negara-negara besar mulai berkompetisi untuk memegang hegemoni. Sementara pemain-pemain dari negara sedang dan kecil cuma punya dua pilihan yaitu berpihak atau netral.

"Kalau berpihak ke yang kalah nanti rawan. Kalau berpihak ke yang menang ya syukur. Namanya politik, dunia politik internasional itu anarki. Tidak ada pemerintahan dunia. Jadi sekarang ini salah satu dampaknya adalah kita berhadapan dengan network," ujarnya.

Dengan dunia yang semakin mengglobal dan makin bebas, kata dia, tercipta juga yang namanya dunia siber. Darat, laut, udara dan dunia ke empat ini adalah dunia siber yang tidak mengenal batas negara.

"Ini mengaitkan juga kejahatan-kejahatan siber bergabung dengan masalah terorisme. Sehingga muncul sekarang ini berhadapan dengan fenomena terorisme," tuturnya

Tito menerangkan bahwa terorisme terjadi karena tekanan kompetisi barat yang mengakibatkan terjadinya konflik termasuk konflik dunia Islam. Mereka berkompetisi untuk memegang hegemoni. "Hal inilah yang menyebabkan konflik termasuk konflik dunia islam. Akhirnya membuat ideologi-ideologi bebas berkembang," kata dia.

Selain itu, Tito mengungkapkan bahwa dunia sekarang ini berhadapan dengan isu terorisme yang lebih global. "Kalau dulu tidak, dulu itu terorisme-nya lokal-lokal," ujarnya.

Terkait adanya hal tersebut, Tito meminta kepada semua untuk menghadapinya dengan cara memperkuat network antarnegara. Termasuk kerja sama antarnegara dan aktor bukan negara seperti lembaga internasional. Hal itu perlu dilakukan demi negara Indonesia, di mana saat ini hanya mendapat tumpahan masalah saja.

"Ini harus diperkuat. Kalau kita gagal membangun network antar negara, maka persoalan ini tidak akan pernah selesai. Termasuk bagaimana untuk membuat damai dunia islam. Selagi dunia islam ribut terus tidak akan pernah selesai. Dan kita dapat tumpahan-tumpahan saja. Di Indonesia ini hanya mendapat tumpahan masalah," kata Tito.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement