Rabu 06 Sep 2017 22:40 WIB

Pers Mahasiswa UNJ Kunjungi Kantor Republika

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Karta Raharja Ucu
Redaktur Pelaksana Harian Republika Subroto (kiri) memberikan penjelasan seputar alur kinerja redaksi dan proses koran kepada mahasiswa dari Media Kampus Fakultas Ekonomi (Econo Channel) Universitas Negeri Jakarta saat kunjungan ke Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Rabu (6/9)
Foto: Mahmud Muhyidin
Redaktur Pelaksana Harian Republika Subroto (kiri) memberikan penjelasan seputar alur kinerja redaksi dan proses koran kepada mahasiswa dari Media Kampus Fakultas Ekonomi (Econo Channel) Universitas Negeri Jakarta saat kunjungan ke Kantor Republika, Jalan Warung Buncit, Jakarta, Rabu (6/9)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 27 mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan kunjungan ke Kantor Republika. Puluhan mahasiswa tergabung dalam media kampus Econo Channel itu ingin melihat langsung bagaimana reporter terjun ke lapangan.

Wakil Pimpinan Umum Econo Channel, Ahmad Robby menghaturkan rasa bangganya karena telah bisa mengunjungi Republika dan disambut dengan baik. "Terima kasih untuk Republika, semoga bisa menjadi inspirasi kami," ujar dia saat ditemui dalam kunjungannya, Rabu (6/9) sore.

Republika menjadi salah satu media dikunjungi Econo Channel karena salah satu media besar di Indonesia. Kunjungan ini juga sebagai kunjungan rutin Econo Channel, yang diadakan setiap tahunnya.

Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Republika, Subroto menuturkan sejarah kehadiran media cetak dan online Republika. Republika yang semula merupakan media cetak, kemudian bertransformasi dengan portal berita online pertama mereka di Indonesia, yakni Republika Online (ROL).

Tubuh Republika itu sendiri, memiliki satu bagian lainnya yakni Newsroom, yang menjadi pusaran utama berita-berita yang dimuat di koran atau ROL. Subroto memaparkan juga alasan mengapa Republika hingga saat ini masih terus menerbitkan koran, sementara di sejumlah negara, kebanyakan koran sudah mulai tutup.

Secara umum di Indonesia sendiri pun, koran memang sudah mulai ditinggalkan apalagi oleh generasi millenial. Mereka lebih berpatokan pada pemberitaan yang dimuat media-media online.

"Kenapa masih di koran? Bukan untuk romantisme, tapi memang bisnisnya di situ," jelas Subroto. Menurut dia, media online memang sangat berkembang pesat, tetapi soal iklan, pengiklan masih banyak yang percaya dengan koran.

Bukan hanya dari segi bisnis, dari segi isi berita, media cetak lebih unggul dari media online karena menyajikan berita-berita secara lebih mendalam. "Kita ingin jadi media rujukan, sehingga orang yakin apa yang kita buat itu ada faktanya," kata Subroto.

Satu penjelasan lagi tentang mengapa koran? Subroto menjelaskan halaman pertama headline Republika, pernah mendapatkan penghargaan-penghargaan bertaraf nasional dan internasional. Salah satunya adalah headline penggambaran asap pada 2011, dan headline Soeharto pada 2009.

Koran Republika juga masih bertahan karena terus memberikan ide-ide gila untuk tampilan dan berita yang berbeda setiap edisinya. Misalnya, pada saat perayaan ulang tahun Republika 4 Januari 2017, Republika menyajikan berita-berita hoaks di setiap halaman, lengkap dengan penjelasan dan sumbernya. "Itu gila bener," tutur Subroto. Kunjungan diakhiri dengan mahasiswa datang langsung ke ruang Newsroom, dan diperlihatkan langsung bagaimana sih keseharian reporter, redaktur, serta para pimpinan dalam mengolah berita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement