Ahad 03 Sep 2017 18:07 WIB

2 Mahasiswa yang Ditahan di Mesir tak Terlibat Radikalisme

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Qommarria Rostanti
Dua mahasiswa Indonesia yang sempat ditahan di Mesir akhirnya pulang.
Foto: pemprov sumbar
Dua mahasiswa Indonesia yang sempat ditahan di Mesir akhirnya pulang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gubernur Sumatra, Barat Irwan Prayitno, ikut menyambut kedatangan dua mahasiswa Indonesia, Nurul Islami dan Muhammad Hadi, yang sempat ditahan aparat keamanan Mesir. Keduanya kini telah dibebaskan dan kembali ke Tanah Air.

Irwan berjanji akan terus mengawal upaya Kementerian Luar Negeri agar mahasiswa asal Limapuluh Kota dan Payakumbuh itu bisa melanjutkan studi di Mesir. Irwan mengatakan, sejak berita penahanan Hadi dan Nurul sampai ke Tanah Air, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Mesir di Kairo. Dia meyebut, KBRI dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah memastikan bahwa baik Hadi dan Nurul sama sekali tidak terlibat kontak politik dengan pihak oposisi di Mesir dan tidak ada indikasi adanya paham radikal.

"Mereka berdua ini baik-baik. Tidak ada kasus. Sebetulnya saya melihat mahasiswa kita ini apes saja. Kena random penangkapan aparat," ujar Irwan, Ahad (3/9).

Irwan menyebutkan, masih ada peluang bagi kedua mahasiswa Al Azhar tersebut untuk melanjutkan studi mereka di jurusan syariah Islam. Pihaknya kini sedang mengupayakan permintaan transkrip nilai dua mahasiswa tersebut agar bisa dijadikan pegangan dokumen di Tanah Air.  Tujuannya, apabila upaya melanjutkan kuliah di Kairo tak berhasil, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat akan mengupayakan akses untuk melanjutkan studi di Universitas Islam Negeri di Sumatra Barat, termasuk UIN Imam Bonjol Padang.

Selain itu, BNPT juga akan mengambil langkah dengan menyurati Kementerian Luar Negeri untuk bisa berdiplomasi terkait peluang melanjutkan studi di Mesir. "Yang harus dipahami, keduanya ini bisa pulang karena sudah dianggap tidak radikal. Kalau radikal pasti tak bakal diizinkan bebas," ujar Irwan.

Pemprov mencatat hingga saat ini terdapat 300-an mahasiswa dan mahasiswi asal Sumatra Barat yang mengambil studi di Al Azhar Kairo. Irwan secara khusus meminta kepada seluruh pelajar di Kairo untuk fokus belajar tanpa ikut terlibat dalam gejolak politik di Mesir saat ini. Irwan juga menjamin biaya kepulangan kedua mahasiswa tersebut ditanggung oleh pemerintah.

Ibu dari Muhammad Hadi, Murtalinda (55 tahun) yakin bahwa anaknya tidak terlibat konflik politik di Mesir. Menurutnya, penangkapan anaknya murni karena kesalahpahaman pihak kepolisian Mesir. Awalnya, kecurigaan menghampiri ketika Hadi tidak menghubungi dalam kurun waktu beberapa hari. Bahkan ketika dihubungi pun, telepon seluler Hadi tidak tersambung.

"Lalu dapat kabar bahwa mereka ditahan tanpa alasan. Di situ saya langsung, dibilangnya kan ditangkap polisi tanpa alasan. Kalau saya sebagai orang tua kan tahu gimana tabiat anak saya, ndak mungkin

Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzi, mengatakan kepulangan keduanya dipastikan setelah KBRI Kairo menerima informasi dari Kantor Pusat Imigrasi Mesir bahwa Pemerintah Mesir menyetujui pemulangan kedua mahasiswa Indonesia yang ditahan itu ke Indonesia. "Alhamdulillah kedua mahasiswa tersebut disetujui untuk dipulangkan," kata Helmy.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada 27 Agustus 2017, bertempat di Istana Kepresidenan, Duta Besar RI Kairo telah bertemu dengan Penasihat Presiden Bidang Keamanan Nasional, Faiza Abou el-Naga. Pada kesempatan tersebut, selain membicarakan hubungan bilateral RI dengan Mesir, Helmy meminta perhatian dan bantuan Kantor Penasihat Presiden untuk dapat menyelesaikan kasus penahanan dua mahasiswa Universitas Al-Azhar asal Indonesia yang ditahan aparat keamanan Mesir sejak 1 Agustus 2017.

Helmy menyebutkan, setelah memperoleh konfirmasi deportasi tersebut, KBRI segera melakukan perubahan dan pemesanan tiket kembali untuk kepulangan kedua mahasiswa tersebut. Lantas pada 29 Agustus 2017, Dwi Ria Latifa, istri Duta Besar RI Kairo didampingi oleh Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Kairo telah mengunjungi kedua mahasiswa Indonesia yang ditahan di Kantor Kepolisian Aga untuk melihat langsung kondisi kedua WNI tersebut, meminta dan mengupayakan perlakuan yang layak dari aparat keamanan terhadap mereka selama berada di dalam tahanan. Helmy mengatakan kedua mahasiswa tersebut menyampaikan bahwa mereka tidak pernah mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh aparat keamanan dan berada dalam keadaan sehat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement