Ahad 03 Sep 2017 17:53 WIB

2 Mahasiswa Indonesia yang Ditahan di Mesir Akhirnya Bebas

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Qommarria Rostanti
Dua mahasiswa Indonesia yang sempat ditahan di Mesir akhirnya pulang.
Foto: pemprov sumbar
Dua mahasiswa Indonesia yang sempat ditahan di Mesir akhirnya pulang.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dua mahasiswa Indonesia yang ditahan oleh aparat keamanan Mesir kini telah bebas. Keduanya yakni Nurul Islami dan Muhammad Hadi kini bisa bernapas lega.

Mereka tak lagi harus meringkuk dan menghirup udara pengap ruang tahanan di kantor polisi Kota Aga, Mesir. Dua mahasiswa tingkat tiga Universitas Al Azhar Kair tersebut sudah kembali ke Tanah Minang pada Ahad (3/9). Kehadiran mereka langsung disambut tangis haru kedua orang tuanya di Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatra Barat. Air mata haru pecah di tengah pertemuan anak dan orang tua.

Selama sebulan, sejak 1 Agustus 2017 lalu, Hadi dan Nurul terpaksa tinggal di ruangan sempit yang diisi 20 orang, bergabung dengan tahanan lainnya di Aga, Mesir. Keduanya juga harus bertahan dengan makanan seadanya. Maklum, status yang belum pasti membuat keduanya belum dipasok makanan dari kepolisian. Nurul bahkan mengaku, mereka harus makan dari belas kasih keluarga tahanan lainnya yang sedang berkunjung. Sebetulnya bisa saja mereka meminta tolong petugas untuk membelikan makanan di luar. Masalahnya, uang mereka masih tertinggal di penginapan. Keduanya ditahan ketika membeli bekal air minum di sebuah toko tak jauh dari rumah mereka. Bahkan menurutnya, tak ada pemberitahuan sebelumnya terkait adanya zona terlarang bagi warga negara asing.

Hadi menyebutkan, keduanya ditangkap dengan tangan kosong oleh dua petugas kepolisian Kota Samanud. "Di belakang dua polisi tadi ada pasukan kepolisian yang berjaga. Kami dibawa ke kantor polisi tanpa tahu apa alasan kami ditahan," ujar Hadi saat ditemui di pintu kedatangan Bandara Internasional Minangkabau, Ahad (3/9). 

Sebelum akhirnya harus ditahan selama 12 hari tanpa ada kontak dengan kerabat, baik Hadi atau Nurul sempat dimintai keterangan soal tujuan mereka berada di Samanud, Mesir. Keduanya sempat ditagih paspor, visa, dan dokumen-dokumen lainnya. Sayangnya, walau dokumen keduanya lengkap, baik Hadi dan Nurul tetap ditahan. Bahkan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo hingga saat ini masih belum tahu alasan utama keduanya ditahan. 

Meski ditahan nyaris sebulan lamanya, Hadi mengaku tidak ada perlakuan kasar dari petugas kepolisian Kota Aga, Mesir. Sempat 12 hari tidak ganti pakaian pun, lanjutnya, lantaran KBRI tidak mendapat izin untuk bertemu mereka. 

Senasib dengan Hadi, kisah serupa dialami Nurul Islami. Lulusan MAN II Payakumbuh, Sumatra Barat ini mengaku sempat bingung untuk mengurus pembebasan mereka. Bagaimana tidak, lebih dari sepekan mereka hanya dibiarkan di dalam ruang tahanan tanpa ada izin kontak dengan kerabat. KBRI pun kesulitan untuk masuk ke dalam tahanan sementara. "Kami makan bareng sama orang Mesir kalau ada orang yang jenguk. Orang Mesir kalau jenguk kerabatnya kadang kasih uang juga ke kami," kata dia. 

Sebelum terbang ke Padang, Hadi dan Nurul juga sempat diinterogasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Prosedur ini memang harus dilakukan terhadap pihak-pihak yang sempat diduga terlibat dengan konflik. Hadi menceritakan, BNPT ingin memastikan bahwa dia dan kawannya terbebas dari paham radikal atau ada indikasi akan menyebarkan paham terorisme di kampung halaman. "Kami maklumi proses itu. Kami jelaskan bahwa kami bukan radikal, dan tak terlibat apapun tentang terorisme. Mereka merespons positif," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement